Oleh: Annida Maisya | anidamaisya@gmail.com
PROBLEMATIKA ghibah pada jaman ini sering terjadi. Khususnya di kalangan ukhti – ukhti rumpi. Banyak hubungan pertemanan dan persaudaraan yang rusak karena ghibah. Sayangnya, masih banyak muslimah yang tidak tahu bahkan menyepelekan ghibah. Padahal ghibah itu dosa besar lho.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman perihal ghibah dalam surat Al-Hujurat ayat 12 :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Berdasarkan ayat tersebut, daging manusia diibaratkan kehormatannya. Sebagaimana daging manusia adalah haram untuk dimakan, maka kehormatan manusia adalah haram untuk dilanggar.
BACA JUGA: Hindari Ghibah dan Jaga Amanah
Lalu Ghibah itu apa sih?
Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali bahwa ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat.
Bagi sebagian muslimah yang sedang berhijrah, ghibah menjadi salah satu dosa yang paling sulit dihindari. Apalagi ngeghibah sama teman dekat, duh rasanya sulit sekali dilawan godaannya.
“Tapi kan, apa yang saya bicarakan itu benar.”
Itulah poin utama dari ghibah wahai ukhti. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).
Dari hadits di atas, kita dapat mengetahui bahwa hukum ghibah dan fitnah adalah sama – sama dosa besar. Walaupun kelihatannya sepele dan tidak menyakiti, nyatanya ghibah memberi dampak yang amat besar bagi pelakunya, diantaranya;
1 Pahala orang yang mengghibah akan ditransfer kepada orang yang dighibahi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan mengenai orang yang muflis (bangkrut).
“Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai uang maupun harta benda.”
Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan,“Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim 6744 & Ahmad 8029).
BACA JUGA: Ghibah, Sulit Dihindarkan oleh Wanita?
Ghibah termasuk kedalam kedzoliman. para ulama berpendapat bahwa kedzaliman ghibah akan dibawa sampai akhirat, maka pahala orang meng-ghibah akan diberikan kepada orang yang ia ghibahi.
2 Ancaman neraka bagi muslim yang suka berghibah.
“Barangsiapa yang membela daging (kehormatan) saudaranya dari ghibah, maka menjadi hak Allah untuk membebaskannya dari api Neraka. Barangsiapa yang berkata tentang seorang mu`min yang tidak ada padanya, (maka) Allah akan menempatkannya pada lumpur ahli Neraka, sampai dia keluar dari apa yang dia ucapkan.”
Duh, ancaman ghibah memang tidak tanggung – tanggung ya ukhti, karena itu sebisa mungkin hindarilah diri kita dari ghibah, perbanyaklah dzikir dan do’a, semoga Allah senantiasa melindungi kita dari dosa besar dan memberi kita taufik untuk menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak bermanfaat dan mengandung dosa.
Wallahu a’lam. []