Oleh: Rekhi Harfinda
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pamulang
Kota Depok, Jawa Barat
rekhiharfinda@gmail.com
KITA tentu sudah mengenal sang proklamator RI, sekaligus mengetahui sepak terjangnya memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Tetapi, tema –teman mungkin belum tahu banyak tentang aktivitasnya sebagai seorang ekonom yang hidup sederhana dan perjuangannya membangun koperasi di Indonesia.
Selain itu, teman–teman juga tahu, kan, seorang ulama sekaligus penyair, penulis, dan sejarawan terkemuka di tanah air? Siapa lagi kalau bukan Bung Hatta dan Buya Hamka! Nah, sekarang kita berbagi cerita tentang kisah hidup mereka berdua.
Bung Hatta
Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Di kota indah inilah, Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, wafat ketika Hatta berusia delapan bulan.
BACA JUGA: Pusaka Bung Hatta
Pada 1921, Hatta pergi ke Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School (HHS) di Rotterdam. Dia pun mendaftarkan diri sebagai anggota perkumpulan Indische Vereniging yang pada 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesisiche Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu, kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada 1923. Awalnya, dia akan menempuh ujian doktoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir 1925. Tetapi, terdorong oleh minatnya yang besar pada bidang politik, dia malah masuk jurusan hukum negara dan hukum administratif. Pada Juli 1932, Hatta menyelesaikan studinya di Belanda, dan sebulan kemudian tiba di Jakarta.
Pada Februari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, pemerintah kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Hatta sebagai pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Dia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Sebelum ke Digoel, Hatta dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara ini, Hatta menulis buku Krisis Ekonomi dan Kapitalisme.
Pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sehari berikutnya, Soekarno – Hatta diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama.
Selama menjadi wakil presiden, Bung Hatta aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita – cita dalam konsepsi ekonominya. Karena besarnya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, pada 17 Juli 1953, dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bung Hatta wafat pada usia 77 tahun, tepatnya pada 14 Maret 1980 di Jakarta. Sampai kini, namanya tetap harum di hati bangsa Indonesia.
Buya Hamka
Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Dia adalah seorang ulama, aktivis politik, dan penulis Indonesia yang terkenal di penjuru Nusantara. Dia lahir pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat. Ayahnya, Syaikh Abdul Karim bin Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Haji Rasul adalah seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau.
Hamka hanya bersekolah sampai kelas dua di Sekolah Dasar Maninjau. Setelah itu, pada usia sepuluh tahun, dia belajar agama dan bahasa Arab di Sumatera Thawalib di Padang Panjang yang didirikan ayahnya. Hamka juga mengikuti pengajaran agama yang diberikan oleh ulama terkenal, seperti Syaikh Ibrahim Musa, Syaikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto, dan Ki Bagus Hadikusumo.
Dengan bekal pengetahuan di bidang agama yang cukup tinggi, Hamka pun merintis karier sebagai pengajar. Dari 1927 sampai dengan 1958, dia menjadi guru agama di Perkebunan Tebing Tinggi dan Padang Panjang, serta menjadi dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang. Kemudian, kariernya membawa dia terpilih sebagai Rektor Perguruan Tinggi Islam Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo Jakarta. Sejak 1951 hingga 1960, dia diangkat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia.
BACA JUGA: Detik-detik Pemakaman Buya Hamka
Hamka aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Dia mengikuti pendirian Muhammadiyah sejak 1925. Sejak 1928 sampai dengan 1950, dia mulai mengetuai dan memimpin kegiatan organisasi, konferensi, dan kongres Muhammadiyah di berbagai tempat, seperti di Padang Panjang, Makassar, Sumatera Barat, dan Yogyakarta. Hamka pun pada 1953 pernah dipilih sebagai Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia pada 26 Juli 1977.
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan internasional, seperti anugerah Kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas Al – Azhar, 1958; Doctor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Hamka wafat pada 24 Juli 1981. Namun, jasa dan pengaruhnya masih terasa hingga kini dalam memartabatkan agama Islam.
Nah, teman–teman pun harus mempunyai keteguhan seperti Bung Hatta dan Buya Hamka, ya! Ayo, meneladani perjuangan dan kehidupan mereka berdua agar kita sukses seperti mereka. []