Oleh: Daud Farma
ulviyeturk94@gmail.com
SADAR tidak? Betapa sering dan sangat ingatnya kita mengucapkan: ‘selamat ulang tahun’ pada sahabat di setiap tahunnya? Bahkan kita saling mengingatkan agar tidak lupa hingga-hingga mencatatnya di catatan khusus. Kemudian di hari yang tepat, kita membelikan berbagai hadiah.
Mulai dari kue, mempersiapkan dekorasinya, menyiapkan tempat dan waktunya, menyediakan segala hal yang berkaitan dengan ulang tahun. Pokoknya apa pun itu, teman saya harus bahagia. Apa pun itu, saya tidak merasa rugi demi teman.
Tidak sampai di situ, bahkan kita telah menyiapkan do’a terbaik kita untuknya: ‘semoga panjajg umur, sehat selalu, murah rezeki dan sebagaianya’. Kita mengucapkan itu tepat di depannya, matanya melihat gerak mimik wajah kita, telinganya mendengar jelas suara kita.
BACA JUGA:Â Menjomblo, Pacaran atau Menikah, Pilih Mana?
Belum cukup sampai di situ, setelah acara ulang tahun itu selesai, kita bersedia ikut membersihkan sampah yang berserakan, kue ulang tahun yang sengaja dibuang-buang, bahkan mungkin saja kita pun menawarkan diri: ‘Biar aku saja yang membersihkannya’ dan kebiasaan ini tetap berlanjut, senantiasa, tidak pernah terlupakan. Bahkan di saat saling berjauhan pun kita masih bisa mengucapkannya dengan murah hati dan mendokannya dengan ikhlas.
Sadar tidak? Apakah kita pernah mengucapkan: selamat ulang tahun’ kepada ayah dan ibu kita? Pernah sekali saja merayakan ulang tahun mereka? Pernah membelikan mereka kue ulang tahun? Pernah membelikan ibu mukena dan peci untuk ayah sebagai hadiah ulang tahun? Pernah mengajak mereka ke rumah makan saat mereka ulang tahun?
Pernah memeluk mereka di hari ulang tahun mereka? Apakah pernah mengucapkan doa untuk mereka di depan mereka? Lalu pernah bilang pada ibu setelah acara ulang tahu: ‘mak, biar aku saja yang membersihkan semuanya?’, usah jauh-jauh, emang kamu ingat kapan mereka akan berulang tahun? Pernah mencatatnya? Lupa? Pernah terdesir di hati untuk mencatatnya? Pernah terpikirkan untuk melihat KTP mereka?
Sungguh kita telah sejak lama benar-benar tidak pernah berniat. Sungguh kita telah lupa pada orang yang melahirkan dan membesarkan kita. Ayah yang tangguh mencari nafkah agar anaknya bisa makan hari ini dengan makanan terbaik dan halal.
BACA JUGA:Â Â Karena Merasa Hina Jadi Jomblo, Dia Pacaran
Sungguh kita sebenarnya tidak menganggap penting atas ulang tahun mereka. Kita hanya beranggapan ulang tahun kitalah yang penting. Padahal sesunghuhnya sembilan puluh sembilan persen mereka amat sangat senang sekali ketika kita ‘ingat’ saja kapan mereka ulang tahun meskipun tidak membelikan apa pun, tidak ada pesta kecilan, tidak ada kue. Cukup peluk dan doakaan mereka, itu sungguh berarti bagi mereka. Besar nilainya di hati mereka dan di sisiNya.
Maafkan kami duhai ayah dan ibu. Sampai hari ini kami belum pernah mengucapkan selamat ulang tahun untukmu. Maafkan atas ketidakpedulian kami duhai ayah, ibu, sekali lagi, maafkan kami. Sungguh, ulang tahun ayah dan ibu lebih penting daripada ulang tahun siapa pun di dunia ini.
“Selamat ulang tahun ayah, selamat ulang tahun ibu, semoga panjang umur, sehat selalu dan murah rezeki.” Demikianlah seharusnya. []
Darrasah-Kairo, 18 Agustus 2020.