BANYAK orang yang menabung untuk masa tua, masa tidak bekerja lagi. Pensiun. Sehingga tempat kerja yang menyediakan program pensiunan, begitu seksi, jadi buruan, dan idaman banyak orang.
Berapa usia pensiun itu?
Enam puluh tahun, misalnya.
BACA JUGA: Antara Al-Qur’an dan Kecerdasan Intelektual
Bila meninggal usia 70 tahun, berarti 10 tahun punya bekal hidup. Tak perlu kerja lagi karena tempat tinggal, makan dan minum sudah tersedia. Tinggal menikmati hidup, menikmati sisa usia.
Tapi ada yang perlu kita ingat, bahwa ada hidup yang lebih panjang sekadar usia pensiun. Bahkan lebih lama dari masa kehidupan di dunia. Yakni akhirat.
Hidup setelah pensiun itu belum apa-apa, sebab dunia ini tempat beramal dan bekerja. Kalau pun sudah tidak bekerja di lembaga pemerintah atau swasta, masih bisa mengembangkan bisnis, mengelola yayasan, lembaga pendidikan, dan sebagainya.
Tapi di akhirat, semua itu tak bisa lagi dilakukan.
Bila untuk pensiun kita siap bekerja, menabung, ikut asuransi, sudahkan kita menabung untuk bekal di akhirat? Bekal menempuh perjalanan yang panjang, lama, dan tiada ujungnya?
Bukankan semua orang, beriman mau pun berdosa akan melintasi jembatan Shiratal Mustaqim? Kita pun pernah mendengar bahwa ada yang melintasinya seperti tiupan angin, terbang, berlari, berjalan dan merangkak?
Jangankan terbang, bahkan merangkak pun butuh energi.
Lantas apakah kita sudah menabung untuk energi tersebut?
BACA JUGA: Teladan, Inilah 3 Sosok Muslim Kaya Raya di Masa Nabi
Apa bentuk energinya?
Wallahu’alam.
Yang pasti syariat mengajarkan untuk beramal shalih, taat, tunduk, dan patuh pada Allah dan Rasul-Nya.
Bila untuk kehidupan pensiun saja kita menyiapkannya sedemikian rupa, lantas bagaimana dengan kehidupan akhirat sana? Sudahkan kita menyiapkannya?
Astaghfirullahal’adzim. Laa Ilaaha Ilaa anta. Subhanaaka innii kuntum minadzaalimiin. Ya Allah, ampuni kami…
[]