PADA suatu hari Nabi SAW duduk dikelilingi sejumlah orang-orang Islam. Selagi pembicaraan berlangsung, tiba-tiba Nabi terdiam sejenak, kemudian beliau menghadapkan bicaranya kepada semua yang ada di sekelilingnya dengan ucapan,
“Sesungguhnya di antara kalian ada seorang laki-laki, gerahamnya di dalam neraka, lebih besar dari gunung Uhud…!”
Maka jiwa khianat Ar-Rajjal bin Unfuwah membisikkannya agar mulai hari itu, ia menyeberang saja ke pihak gerombolan “Al-Kaddzab” si pembohong itu yang disangkanya akan jaya dan menang, lalu ditinggalkannya Islam, dan bergabung ke dalam barisan Musailamah yang bermurah hati kepadanya dengan mengobral janji-janji.
BACA JUGA: Musailamah al-Kazzab, Nabi Palsu Pertama di Zaman Rasul
Jumlah orang-orang yang bergabung kepada Musailamah semakin bertambah banyak, disebabkan kebohongan-kebohongan Ar-Rajjal bin Unfuwah ini, dan karena penyalahgunaan keislaman dan hubungannya dengan Rasulullah di masa silam. Sebelumnya Rajjal merupakan sahabat nabi yang ditunjuk untuk mengajarkan Alquran. Namun di kemudian hari dia murtad dan membela Musailamah.
Berita kebohongan Rajjal ini sampai ke Madinah. Kemarahan orang-orang Islam menjadi berkobar karena tindakan si murtad ini, yang akan menyesatkan manusia sampai sebegitu jauh, dan yang dengan kesesatan itu akan memperluas daerah peperangan, yang mau tak mau harus diterjuni Kaum Muslimin.
Maka orang Islam yang paling murka dan terbakar kemarahannya untuk menjumpai Rajjal.
Dia adalah seorang shahabat yang mulia, yang cemerlang namanya dalam buku-buku riwayat dan sejarah dengan nama tersayang Zaid ibnul Khatthab.
Di saat perang Uhud, sewaktu pertempuran sedang menjadi-jadi antara orang-orang musyrik dan orang-orang Mu’min, Zaid bin Khatthab menebas dan memukul. Ia terlihat oleh adiknya Umar bin Khatthab sewaktu baju besinya terlepas ke bawah,
Hingga ia berada dalam kedudukan yang mudah dijangkau musuh, maka seru Umar, “Hai Zaid, ambil lekas baju besiku, pakailah untuk berperang…!”
Dijawab oleh Zaid, “Aku juga menginginkan syahid, sebagaimana yang kau inginkan hai Umar!” Dan ia terus bertempur tanpa baju besi secara mati-matian dan dengan keberanian yang luar biasa.
Telah kita katakan bahwa Zaid dengan semangat berkobar-kobar ingin sekali mendapatkan Rajjal, dengan maksud untuk menghabisi nyawanya yang keji itu dengan tangannya sendiri. Sampai akhirnya ia syahid di medan pertempuran.
BACA JUGA: Musailamah Seorang Pembohong
Ia memusatkan serangannya ke arah Rajjal. Diterobosnya barisan-barisan seperti panah lepas dari busurnya, terus mencari Rajjal sampai kelihatan olehnya bayangan orang buruannya itu. Sekarang ia maju lagi menerjang ke kiri dan ke kanan. Dan setiap bayangan orang buruannya itu ditelan gelombang manusia yang bertempur.
Zaid berusaha mengejar dan mendekatinya lalu menghantamkan pedangnya. Tetapi gelombang manusia yang sangat hebat, menelan Rajjal sekali lagi, diikuti terus oleh Zaid yang menyusup di belakangnya agar manusia bedebah itu tidak luput dari tangannya. Dan akhirnya ia dapat memegang batang lehernya dan menebaskan pedangnya ke kepalanya yang penuh dengan kepalsuan dan kebohongan serta pengkhianatan itu.
Dengan tewasnya si pembuat kebohongan ini, mulailah berjatuhan pula tokoh-tokoh yang lain. Rasa cemas dan takut menjalari Musailamah sendiri, begitu pun Muhkam bin Thufail serta seluruh balatentara Musailamah. Terbunuhnya Rajjal telah tersebar luas di kalangan mereka tak ubah bagai api yang berkobar ditiup angin kencang.
Sumber: Karasteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah/ Penulis: Khalid Muh. Khalid/ Penerbit: Cv. Diponegoro Bandung