DALAM kitab Muqasyafatul Qulub karangan al Ghazali, berkisah pada suatu malam di bulan Suci Ramadan, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa salaam berkumpul dengan para sahabat.
Lalu bertanyalah salah seorang sahabatnya. “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab: “Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika di mana seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Sam’un.”
BACA JUGA: Kisah Nabi Daud, dari Orang Biasa hingga Jadi Raja dan Rasul
Siapakah Nabi Sam’un? Samson atau Simson dalam bahasa Ibrani, merupakan seorang nabi di dalam ajaran islam yang dikenal dengan nama Sam’un Ghozi Alaihi Salam. Kisah nabi ini terdapat di dalam kitab-kitab, seperti kitab Muqasyafatul Qulub dan kitab Qishashul Anbiyaa.
Dia mempunyai kekuatan luar biasa yang tidak terkalahkan, yang kelemahannya terletak pada rambutnya. Hidupnya hampir setiap hari dilalui dengan berperang, terlebih, dengan pedang ajaib yang selalu ia bawa kala berperang.
Senjata ini terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. Nabi Sam’un memiliki kemukjizatan, yaitu dapat melunakkan besi, dan dapat merobohkan istana. Atas izin Allah pula Nabi Sam’un memiliki mukjizat lainnya.
Ketika ia haus dan lapar, senjata itu disebut bisa mengeluarkan air maupun menumbuhkan daging untuk dimakan.
Cerita Nabi Sam’un Ghozi AS adalah kisah Israiliyat yang diceritakan turun-temurun di jazirah Arab.
Cerita ini melegenda jauh sebelum Rasulullah lahir. Dalam kisah para Nabi disebutkan, Nabi Sam’un sanggup beribadah selama 1.000 bulan yang diisi dengan shalat malam dan siangnya berpuasa. Selama 1.000 bulan ia menjadi pembela agama tauhid yang berperang melawan musuh Allah hanya berbekal tulang rahang unta.
Ketangguhan dan keperkasaan Nabi Sam’un dipergunakan untuk menentang penguasa kaum kafirin saat itu, yakni raja Israil. Akhirnya sang raja Israil mencari jalan untuk menundukkan Nabi Sam’un.
Berbagai upaya pun dilakukan olehnya, sehingga akhirnya atas nasehat para penasehatnya diumumkanlah, barang siapa yang dapat menangkap Nabi Syam’un akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah.
Singkat cerita istri Nabi Syam’un yang tergiur imbalan dari raja Israil, membantu percobaan pembunuhan terhadap Nabi Syam’un. Karena sayangnya dan cintanya kepada istrinya, nabi Syam’un pernah berkata: “Jika kau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku dengan potongan rambutku.”
BACA JUGA: Wafatnya Nabi Sulaiman Buat Jin Lari Terbirit-birit
Nabi Sam’un pun diikat oleh istrinya kala ia tertidur, lalu dibawa ke hadapan sang raja. Apa daya, Nabi Sam’un yang diberi anugerah kekuatan besar oleh Allah SWT, bisa mengatasinya dengan baik, tali ia putus dengan mudah.
Begitupun dengan percobaan kedua yang dilakukan sang istri. Ikatan tali yang lebih kuat, masih mampu diputuskannya. Waktu berselang, Nabi Sam’un, wali Allah dengan rambut panjang yang disebut mencapai tanah itu kehilangan kekuatan. Mendengar kejadian itu, kafir langsung mendatangi kediamannya dan menyerang Nabi Sam’un untuk menyiksanya hingga mati. Nabi Sam’un yang masih dalam keadaan terikat itu lalu dibawa ke hadapan raja.
Siksaan terus didapat Nabi Sam’un, bahkan, kedua matanya dibutakan, beberapa bagian tubuh dipotong dan dipertontonkan ke masyarakat. Diperlakukan demikian, Nabi Sam’un berdoa kepada Allah SWT. Ia berdoa kepada Allah dimulai dengan bertaubat, kemudian memohon pertolongan atas kebesaran Allah.
BACA JUGA: Nabi Syith, Putra Nabi Adam dan Nabi Kedua di Muka Bumi
Doa Nabi Sam’un dikabulkan, dan istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya. Kemudian Nabi Sam’un bersumpah kepada Allah SWT, akan menebus semua dosa-dosanya dengan berjuang menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya seribu bulan tanpa henti.
Ketika Rasulullah saw selesai menceritakan kisah nabi Sam’un Ghozi as yang berjuang fisabilillah selama 1.000 bulan, salah satu sahabat berkata; “Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti nabiyullah Sam’un Ghozi AS.”
Kemudian Rasulullah diam sejenak. Dalam diam tersebut, turunlah wahyu kepada Rasulullah,
Innaa Anzalnaahu Fiy Laylatil Qadr (1) Wa Maa Adraaka Maa Laylatul Qadr (2) Laylatul Qadri Khayrum Min Alfi Shahr (3) Tanazzalul Malaaikatu War Ruuhu fiyhaa Bi Idhni Rabbihim Min Kulli Amr (4) Salaamun Hiya Hattaa Matla’Il Fajr (5) Malaikat Jibril AS datang dan mewahyukan kepada Rasulullah, bahwa pada bulan Ramadan ada sebuah malam, yang mana malam itu lebih baik daripada seribu bulan. []
Sumber: ayojakarta.com