“Wanita yang terbaik di antara kamu ialah yang membuang perisai malu ketika ia membuka baju untuk suaminya, dan memasang perisai malu ketika ia berpakaian lagi.”
HUBUNGAN intim hendaknya dilakukan dengan tenang dan sabar. Tidak tergesa- gesa. Seberapa lama pun pernikahan sudah diarungi, seorang istri tetaplah seorang istri—mereka mempunyai rasa malu yang besar, dan para suami haruslah menghormatinya. Karena itu, jangan terlalu panas (tapi juga jangan terlalu dingin).
Di waktu hubungan, seorang suami hendaknya melakukan persenggamaan secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit. Sikap terburu-buru dapat membuat istri takut sehingga cenderung menarik diri secara psikis. Sikap tenang dan sabar, insya-Allah lebih dekat kepada maslahat dan kebahagiaan agung, meskipun suami harus menempuh jalan beberapa kali agar bisa melaksanakan maksudnya. Itulah sebabnya, sebelum memasuki waktu hubungan, istri juga ada baiknya mempersiapkan kelengkapan dirinya agar tercapai kenikmatan yang mengesankan.
BACA JUGA: Berapa Kali dalam Sepekan Suami Istri Berhubungan?
Ibnu Qayyim mengatakan, “Setiap kenikmatan yang membantu terwujudnya kenikmatan di hari akhir adalah kenikmatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt. Pencipta kenikmatan itu akan merasakan kenikmatan dalam dua segi. Pertama, perbuatan tersebut menyampaikan dirinya kepada ridha Allah Swt. Selain itu, akan datang pula kepadanya nikmat-nikmat lain yang lebih sempurna.”
Ketika mengajak untuk menghabiskan waktu hubungan dengan kenikmatan yang diridhai Allah, suami dapat memberitahukan kepada istrinya bahwa ia tidak akan tergesa-gesa. Ia ingin menghabiskan waktu hubungan dengan tenang secara bersama-sama. Dan ini diberitahukan kepada istri sebelum sama-sama melepas pakaian ataupun pada permulaannya. Yang demikian ini insya-Allah akan menumbuhkan rasa cinta istri kepada suami serta perasaan tenteram ketika berada di dekatnya. Sebab, seorang suami yang mencintai istrinya dengan kecintaan yang kuat akan berusaha untuk memperhatikan perasaan istrinya.
Ajaklah istri untuk bercanda dan bergurau dulu sebelum Anda melakukan persetubuhan. Sehingga istri merasa senang, perasaannya terhadap hubungan intim terbangkitkan, lalu menumbuhkan kesiapan padanya untuk melakukan itu bersama Anda dalam kenikmatan yang sempurna. Ketika perasaannya terbangkitkan dan cintanya kepada suami berkembang, istri bisa lebih terbuka. Ia tidak terhalang oleh rasa malunya.
Mendatangi istri tanpa menyenangkannya terlebih dulu, termasuk kelemahan bagi seorang suami. Rasulullah Saw. mengingatkan,
BACA JUGA: Mengapa Suami-Istri Tidak Boleh Meninggalkan Jima
“Tiga hal yang termasuk kelemahan suami. Beliau menghitung darinya: Dari seorang suami mendekati budak perempuannya atau istrinya kemudian ia mengumpulinya sebelum mengajak bercanda kepadanya dan menyenangkannya. Ia mengumpulinya kemudian ia memperoleh hajatnya dari istrinya itu sebelum ia (istri atau budak perempuannya) memperoleh hajatnya.”
Katakan, keindahan-keindahan serta rasa bahagia yang ingin Anda sampaikan kepada istri. Begitu juga istri, dapat menyampaikan perasaannya yang sedang mekar kepada suami. Mudah-mudahan Anda dapat meresapi ketenteraman yang ada di antara Anda berdua. Bukankah Anda adalah pakaian suami Anda, dan suami adalah pakaian bagi Anda? Pakaian itu memberi perlindungan, rasa aman, ketenteraman dan kesenangan.
So? Bercandalah. []
Dikutip dari buku: Kupinang Engkau Dengan Hamdallah karya M. Fauzhiel Adhim