ISRAILIYAT adalah kisah-kisah atau kabar tentang masa lalu, baik kisah tentang para nabi atau pun orang-orang shalih lainnya. Dinisbatkan istilah ini kepada Bani Israil lantaran sumber kisah ini memang dari Bani Israil.
Nama Israil sesungguhnya nama nabi Ya’qub ‘alaihissalam. Beliau punya anak 12 orang, salah satunya nabi Yusuf ‘alaihissalam. Ke-12 anak ini kemudian menurunkan sebuah bangsa yang di kemudian hari dikenal dengan istilah Bani Israil.
Kisah israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber dari literatur ahli kitab, yang kebanyakannya merupakan kisah yang bersumber dari orang-orang Yahudi, atau orang Islam yang dahulunya pernah memeluk agama itu. Beberapa di antara shahabat nabi SAW memang ada yang dahulu berasal dari agama itu. Misalnya, Ka’ab Al-Ahbar dan Wahab ibn Munabbih.
Barangkali para shahabat yang masuk Islam itu tidak bermaksud menyampaikan cerita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Ketika ada ayat Al-Quran menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberi komentar berdasarkan apa yang mereka baca di kitab-kitab mereka sebelumnya.
Kalau pun ada kebohongan dan dusta, bukan terletak pada shahabat itu, melainkan dusta itu sudah ada sejak lama dalam agama mereka sebelumnya. Mereka hanya mendapatkan imbas yang tidak enak dari agama lama mereka.
Dan sebenarnya, pada titik inilah letak perbedaan Islam dan agama sebelumnya. Yaitu tidak adanya proses penshahihan sebagaimana yang kita kenal dalam sistem periwayatan hadits. Orang Yahudi tidak pernah mengenal kritik sanad, tidak kenal riwayat yang shahih, hasan, dhaif atau palsu. Semua bercampur aduk menjadi satu, tanpa seorang pun yang bisa membedakan mana kisah yang benar dan mana yang bohong.
Namun Rasulullah SAW sendiri tetap bijaksana menyikapinya. Beliau tidak menggeneralisir bahwa semua kisah yang bersumber dari Yahudi pasti salah. Meski pun juga tidak bisa langsung membenarkannya. Beliau hanya mengingatkan untuk berhati-hati dalam menerimanya. Sebagaimana sabda beliau:
“Bila ahli kitab menceritakan kisah kepadamu, jangan kalian benarkan dan jangan pula kalian ingkari.” (Al-Hadits)
Sikap Ulama Terkait Israiliyat
Berita israiliyat ini banyak kita jumpai di berbagai buku tafsir, sebagai pelengkap tafsir yang mereka sampaikan. Hanya saja, para ulama tidak sekata dalam menyikapi israiliyat. Ada ulama yang banyak membawakan berita israiliyat, dengan sanadnya; semacam Ibnu Jarir At Thabari. Ada juga ulama yang banyak membawakan berita ini, namun umumnya tidak menyebutkan sanadnya. Sebagaimana orang yang mencari kayu bakar di malam hari.
BACA JUGA: Zikirnya Seekor Ulat Membuat Nabi Daud Menangis
Di antara yang bisa dijadikan contoh adalah Al-Baghawi. Dalam Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam (13/304) mengatakan tentang Tafsir Al Baghawi: “Tafsir ini adalah ringkasan dari Tafsir At Tsa’labi, hanya saja dibuang bagian hadis-hadis palsu dan pemikiran-pemikiran menyimpang.” Beliau juga menjelaskan tentang Tafsir At Tsa’labi: “Dia bak pencari kayu bakar di malam hari, mengumpulkan semua yang dia dapatkan dalam buku tafsir, baik shahih, dhaif, maupun maudhu’.”
Ada ulama yang banyak menyebutkan israiliyat, kemudian beliau memberikan komentar tentang statusnya yang dhaif atau bahkan mengingkarinya. Metode ini yang sering dilakukan Al-Hafidz Ibnu Katsir. Bahkan ada juga ulama yang sangat keras dalam mengingkarinya dan tidak menyebutkannya dalam buku tafsirnya. Semacam Muhammad Rasyid Ridha. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH | RUMAH FIQIH INDONESIA