HARI ini, di era yang telah mencapai masa milenium ketiga, manusia telah mencapai sebuah peradaban yang begitu maju dan pesat. Terutama teknologi informasi yang makin canggih sehingga bisa menghilangkan batas-batas antar negara di dunia. Dengan pengetahuan yang terus berkembang membuat manusia-manusia modern terus berlari menuju kemajuan.
Namun tidak semua hal menjadi maju. Beberapa hal justru mundur jauh ke belakang. Terkhusus akhlak para muslimah hari ini, para wanita yang Allah telah muliakan dengan syariat-Nya dan Allah tinggikan derajat dan kedudukan mereka.
BACA JUGA: Karakter Terbaik dan Terburuk seorang Muslimah
Islam telah menjadikan wanita begitu mulia dengan peran dan porsinya. Penjagaan Islam terhadap para wanita dengan syariat hijab dan lainnya, tidak lain untuk menjadikan mereka permata yang paling berkilau.
Namun menyedihkan, smartphone berikut platform aplikasi aktualisasi diri telah membuat mereka lupa diri. Para muslimah yang seharusnya menutup diri mereka dari pandangan mata para pria, justru sedang berlomba unjuk gigi; menunjukkan siapa yang paling diminati.
Jika dahulu para wanita bertabarruj harus keluar rumah terlebih dahulu, pergi ke tempat-tempat keramaian dan perkumpulan orang-orang. Menunjukkan diri mereka, menampakkan lekuk tubuh dan keelokan paras mereka. Hari ini tidak perlu lagi begitu.
Cukup dengan di rumah saja, wanita-wanita tersebut bisa membuat diri mereka ditonton jutaan pasang mata di luar sana. Menjangkau penglihatan manusia dari berbagai negara dan lintas benua.
Berbagai aplikasi kekinian memfasilitasi mereka untuk berbuat dosa; tabarruj dengan sistem yang modern. Wajah close up full make up, bedak dan gincu, lekuk tubuh dan gemulai gerak direkam, untuk kemudian dipertontonkan kepada jutaan pasang mata yang tidak halal melihatnya.
Tidak hanya para wanita haus popularitas saja yang terkena dosa, setiap mata yang menyaksikan penampilan mereka juga dapat bagian dosanya. Sudah sebegitu hilangkah rasa malu pada diri sehingga mempertontonkan diri itu seakan menjadi prestasi?
BACA JUGA: Ukhti, Ini 5 Rahasia Cantik Muslimah
Padahal, sifat malu itu secara umum selalu menunjukkan pada kebaikan akhlak seseorang. Salim bin Amru asy-Sya’ir pernah menuliskan bait syairnya tentang sifat malu:
Tidak perlu engkau bertanya kepada seseorang tentang akhlaknya
Karena pada wajahnya telah terdapat tanda yang menunjukkannya
Tanda kebaikan itu; ketenangan dan rasa malu,
sedangkan tanda keburukan; tidak punya malu dan mulut yang kotor
Imam al-Mawardi berkomentar tentang bait syait ini, “Cukuplah sifat malu menjadi petunjuk kebaikan, dan cukuplah kata-kata kotor dan tidak malu menjadi petunjuk pada keburukan. (Adab ad-Dunya wa ad-Din, Ali bin Muhammad al-Mawardi, 394). []
SUMBER: DAKWAH.ID