SALAH satu bukti cinta seorang muslim kepada Baginda Nabi Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya. Hal ini dipertegas oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab:56).
BACA JUGA: Bolehkah Membaca Shalawat Demi Mengharap Dunia? Ini Kata Buya Yahya
Shalawat memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh umat muslim yang mengamalkannya. Salah satunya adalah mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW.
Dari Abdullah bin Umar, dia mendegar Rasulllah SAW bersabda: “Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat.” (HR Muslim).
Namun kali ini kita akan membahas tentang menjawab shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbah Jumat berlangsung. Apakah diperbolehkah? Sedangkan kita tahu, ketika khatib Jumat berkhutbah, jamaah diperintahkan diam dan tidak boleh berbicara. Simak penjelasan di bawah ini.
Dalam Asnal Matholib salah satu fikih Syafi’iyah disebutkan, “Bagi yang mendengar khatib bershalawat, hendaklah ia mengeraskan suaranya ketika membalas shalawat tersebut.” Ulama Syafi’iyah lainnya menyatakan sunnah untuk diam dan tidak wajib menjawab shalawat.
BACA JUGA: Bacaan Shalawat ketika Masuk dan Keluar Masjid
Sementara itu, ulama Hambali menyatakan bolehnya menjawab shalawat ketika diucapkan, namun jawabnya dengan suara sirr (lirih) sebagaimana doa.
Intinya, ada dua dalil dalam masalah ini yaitu dalil yang memerintahkan untuk menjawab shalawat dan dalil yang memerintahkan untuk diam saat imam berkhutbah. Jika kita kompromikan dua dalil tersebut, yang lebih afdhol adalah menjawab shalawat dengan suara sirr (lirih). (Lihat bahasan islamweb.net) Wallahu a’lam. []
SUMBER: RUMAYSHO