SHALAT ibarat sebuah lagu, yakni hasil kolaborasi antara musik, lirik, dan penari. Musiknya adalah musik ilahiyyah dalam ritme alam semesta; liriknya adalah bacaan doa yang telah ditentukan; dan penarinya adalah seseorang yang mengerjakannya. Ibarat sebuah lagu, jika dinyanyikan dengan penghayatan, niscaya akan memperoleh ketenangan jiwa, apalagi diiringi dengan tarian, di samping indah, tarian juga akan memberikan kesehatan raga.
Shalat bahkan lebih dari sekadar lagu. Shalat menciptakan ketenangan batin, kesehatan lahir, dan media komunikasi efektif antara seorang makhluk dengan Khaliknya. Karena Allah Maha Segalanya, apapun yang diminta, pasti akan diberikan-Nya. Tapi semuanya dengan satu syarat, shalat seseorang harus dilakukan dengan benar (khusyuk) sehingga shalatnya diizinkan dan diridhai oleh Allah SWT.
BACA JUGA: Apa Hukum Ucapkan Aamiin dalam Shalat Sendirian?
Kalau boleh mengambil kembali analogi, shalat ibarat sebuah terapi bagi yang menjalankannya. Penyakit apapun dapat disembuhkan dengan shalat, baik fisik maupun psikis. Hanya saja, shalat ini harus dilakukan dengan benar, dan atas ridha serta izin Allah SWT.
Shalat yang benar berpeluang mendapatkan anugerah kekhusyukan. Shalat seperti inilah yang akan bermanfaat sebagai sarana terapi, karena di dalamnya terdapat komunikasi dan zikir serta doa.
Ada manfaat yang kita peroleh dari shalat yang kita lakukan dengan khusyuk, yakni sehat jasmani dan rohani atau dengan kata lain shalat pada dasarnya merupakan terapi paling ampuh dalam menangkal berbagai macam penyakit. Terutama menangkal penyakit yang diakibatkan oleh fungsi otak, kerja saraf, aliran darah, ruas-ruas tulang dan otot-otot dalam tubuh manusia.
BACA JUGA: Mengapa Wanita Tidak Wajib Shalat Jumat?
Namun jangan sekali-kali kita niatkan shalat hanya untuk mencari kesehatan, tetapi niatkan untuk mencari ridha-Nya. Jika Dia meridhai kita maka insya Allah apa yang kita inginkan pasti dikabulkan-Nya. []
Sumber: Terapi Hati/Amin Syukur dan Fathimah Usman/Erlangga