BANDUNG–Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat bekerjasama dengan pascasarjana Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Bandung dan prodi S2 Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan menyelenggarakan diskusi publik terkait dengan siaran media massa.
Diskusi tersebut diselenggarakan secara daring dan dihadiri oleh para praktisi media dari berbagai media dan dari berbagai daerah.
BACA JUGA:Â Sekjen MUI: Jangan Tinggalkan Agama Jika Ingin Negara Maju, Adil dan Beradab
Dalam kesempatan tersebut ketua prodi KPI Pascasarjana UIN Bandung menjelaskan tentang konten agama di media. Ia Menjelaskan bagaimana seharusnya konten agama yang ditayangkan di media massa terutama televisi.
“Bagaimana cara memilih dan memilah tayangan keagamaan yang disajikan di media. Bagaimana pesan agama di sampakan secara inklusif, media harus memiliki konten edukasi,” Kata Dr. H. Zaenal Mukarom, M.Si di hubungi via telepon usai mengisi acara tersebut, Selasa, (15/9/2020).
Ditanya apakah saat ini konten-konten tayangan keislaman baik itu talk show, live show, maupun film terkait dengan keislaman sudah sesuai ataukah belum, menurutnya sebagian sudah sesuai dan perlu diberikan apresiasi namun sebagian lagi masih sebatas dalam konteks permukaan saja.
“Tidak bisa ditampik kemungkinannya, bahwa sajian-sajian seperti talk show, kemudian live show, sampai kepada kajian tematik selama ini kan juga banyak sisi positifnya termasuk di antaranya adalah siarnya dakwahnya, iya baguslah layak diapresiasi. Walaupun dalam beberapa hal lain masih dalam konteks permukaan,” jelasnya.
BACA JUGA:Â Ai Nurdianti, Hafidzah UIN Bandung; Al-Qu’an Bisa Mengubah Hidup Seseorang
Menurutnya siaran-siaran Islam seharusnya memberikan pesan-pesan yang menentramkan, pesan-pesan yang menggambarkan kondisi yang sesuai realita keumatan saat ini. Misalnya saja media memberikan siaran-siaran yang mengajarkan tentang toleransi, gotong royong, cinta kasih, menghargai pendapat orang, dan lain sebagainya.
“Sebaiknya siaran-siaran yang inklusif yang mengajarkan tentang kemanusiaan, tentang toleransi, menghargai tentang perbedaan pendapat, Semangat bergotong-royong semangat membangun kemanusiaan,” tuturnya. []
REPORTER: SAIFAL