TENTARA Israel kerap menggunakan berbagai jenis senjata untuk merenggut nyawa warga Palestina dan menimbulkan bahaya untuk mereka. Dari senjata untuk membubarkan demonstrasi, hingga senjata mematikan, pasukan pendudukan penjajah Israel telah mengubah granat kejut (bom suara), menjadi bagian dari persenjataan militernya.
Dokter Nidal Jabareen (54) menjadi korban terbaru yang meninggal dunia akibat bom suara Israel pada Jumat (18/09/2020) malam.
BACA JUGA: Bom Meledak saat Shalat Jumat, Imam dan 3 Jemaah Tewas
Saat itu Jabareen sedang berusaha untuk mencapai klinik pribadinya di kota Barta’a, di belakang tembok apartheid di Jenin, melalui salah satu gerbang tembok, tiba-tiba pasukan pendudukan penjajah Israel menargetkannya dengan bom suara yang meledak di dekatnya. Serangan ini menyebabkannya mengalami serangan jantung akut yang menyebabkan kematiannya.
Bom suara atau gas digunakan sebagai alat untuk membubarkan demonstrasi dan kumpulan massa. Sedangkan penggunaan bom ini menyerang langsung manusia telah melanggar aturan internasional karena sangat berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan kematian.
Pusat Hak Asasi Manusia Palestina atau Palestinian Center for Human Rights (PCHR) menyatakan bahwa penggunaan bom jenis ini oleh pasukan penjajah Israel telah mengakibatkan puluhan korban meninggal dan luka parah.
Apa itu bom suara?
Bom suara, atau yang juga disebut dengan bom kejut, digunakan oleh pasukan pendudukan penjajah Israel untuk menghasilkan suara ledakan kuat dan cahaya terang yang menyilaukan mata.
Bom suara tersebut berisi bahan peledak berbasis magnesium, yang disulut oleh pengejut (yang meledak akibat panas atau daya kejut), dan meledak disertai dengan cahaya yang menyilaukan selama beberapa detik, dan menyebabkan suara ledakan yang kuat antara 160 dan 180 desibel, yang melebihi kekuatan telinga manusia dalam banyak kasus.
Menurut Organisasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia, bom suara dapat menyebabkan berbagai cedera akibat tekanan udara balik, terutama sebagai berikut:
– Luka tingkat pertama: tekanan gelombang refluks akibat ledakan dapat menyebabkan luka dalam, terutama selaput tipis seperti gendang telinga.
BACA JUGA: Meski Terus Dibom Israel, Palestina tetap Menjadi Tanah yang Subur
– Cedera tingkat kedua: ledakan dan benturan gumpalan asapdapat menyebabkan memar, dan gumpalan tersebut dapat menembus tubuh.
– Cedera tingkat ketiga: bergeraknya udara yang kuat dapat mendorong orang dan membuat mereka jatuh pada gumpalan keras, yang menyebabkan luka.
– Cedera tingkat keempat: ledakan tersebut dapat menyebabkan cedera lain, seperti: gigitan yang menyerupai api, luka pada bronkus, dan “trauma” psikologis. Selain itu, orang-orang bisa mengalami kepanikan dan kekacauan yang disebabkan oleh banyaknya orang yang bergerak dalam kebingungan yang ekstrem. []
SUMBER: PALINFO