Oleh: Muhammad Ilham Ansar
BULAN, benda langit ciptaan Allah yang satu itu akan nampak indah bersinar di malam hari. Tapi tahukah bahwa ia juga akan menghiasi langit di pagi hari, yang justru terkadang jauh lebih indah dari malamnya, karena malam ia akan nampak biasa saja, yah sudah biasa kita melihatnya, namun di pagi hari. Ia bulan tetap terlukis di atas sana menjadi lukisan yang sangat indah menenangkan.
Allah SWT mempergilirkan hari, dengan salah satu tandanya adalah terbit dan terbenamnya matahari. akan tetapi bulan? Ia yang kita kenal di malam hari sebagai sosok sumber cahaya yang paling besar di atas langit malam, dan ia yang terbelah menjadi dua oleh nabi Muhammad SAW, tetap ada terlukis di atas langit menghiasi ruang-ruang pandangan kita ketika menengok ke atas sana.
BACA JUGA: Sains Ungkap Manfaat Puasa Pertengahan Bulan Ayyamul Bidh
Bulan, bukankah ia seperti hidup (bercahaya) pada malam hari, dan tenang (tidak bersinar seperti malam harinya) ketika pagi hari. Bagaikan orang-orang shalih terdahulu (salafusshalih). Mereka menghidupkan malamnya dengan qiyamullail ataupun qur’an, dan siangnya tenang karena berpuasa dan berbagai amalan harian lainnya.
Maka coba bayangkan apabila bulan tidak ada pada malam hari? bumi terasa gelap meski berbagai penerangan ada di sekitar kita. Bulan dalam ilmu sains disebutkan sebagai satelit alami bumi [Morais, M.H.M.; Morbidelli, A. (2002)], maka coba pikirkan apa yang akan terjadi pada bumi tanpa satelitnya? Bumi terasa tidak tenang, bagaikan penyedia jaringan yang kehilangan jaringan karena satelitnya tidak ada lalu pengguna jaringan akan tidak tenang karena ingin menggunakan jaringan untuk telepon lah, siaran video lah dan lainnya.
Untukmu kaum muslimin hari ini, sungguh tanpa para salafusshalih kita bisa apa? Ibarat bulan, mereka adalah satelit bagi kita, kita adalah buminya yang membutuhkan mereka, para salafusshalih menjadi contoh/teladan (qudwah) dari kalangan manusia biasa untuk kehidupan kita, mereka bukanlah malaikat yang senantiasa diciptakan untuk taat, dan bukan pula Nabi/Rasul yang memiliki keimanan meningkat setiap waktunya, jadi tidak pantas kita mengatakan tidak mampu beramal shalih, menjauhi keburukan, karena kita manusia biasa, toh mereka para salafusshalih juga manusia biasa seperti kita.
Bulan dari sisi syar’i disebutkan memiliki fungsi yang terpendam, dimana Allah azza wajalla berfirman : “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal [bulan baru]. Jawablah, hilal adalah mawaqit (acuan waktu) bagi manusia dan acuan ibadah haji.” (QS. Al-Baqarah: 189).
BACA JUGA: Benarkah Bulan Pernah Terbelah dan akan Terbelah Lagi?
Yah, ia menjadi acuan waktu, porsi yang sangat penting bagi kehidupan yakni sebuah waktu, melihat waktu dengan posisi bulan. Bukan bulan yang datang memberitahukan bahwa sekaranglah waktunya untuk berpuasa ramadhan, bahwa sekaranglah tanggal 13-14-15 untuk waktumu berpuasa sunnah di pertengahan bulan, tapi…kita harus memantau bahkan hingga mempelajari perhitungan-perhitungan posisinya dan seterusnya, agar kita bisa mengetahui setiap kondisi waktu.
Begitupula para salafusshalih, mereka tidak akan bangkit dan datang kepada kita mengajarkan ilmu, tapi kitalah, yang membaca sejarah (sirah) mereka, mengikuti kajian-kajian yang membahas sosok mereka. Mengenal mereka untuk bisa mengetahui bagaimana akhlak mereka, bagaiamana semangat (immah) mereka terhadap agama islam ini, yang nantinya kita bisa aplikasikan ke dalam hidup kita. Wallahu muwaffiq.[]