AL-Walid bin Al-Mughirah meninggal dunia tiga bulan setelah Hijrah dalam usia sembilan puluh Iima tahun dan dimakamkan di Jahun Makkah.
Faktor yang mendorongnya enggan masuk Islam adalah sebagaimana yang dikemukakan Imam Al-Baghawi dalam Tafsir-nya, bahwasanya Rasulullah ketika itu berada di masjid sedang membaca, “Haa Miim. (hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.) Diturunkan Kitab ini (Al Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).” (Qs. Al Mu’minun 1-3)
Al-Walid mendengar bacaannya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam cerdik menyikapi kehadirannya dan beliau pun mengulangi bacaannya terhadap ayat tersebut.
BACA JUGA: Seorang Badui Bertanya, ‘Wahai Rasul, Apa Itu Ash-Shur?’
Lalu Al-Walid pergi dari hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan menuju majelis kaumnya seraya berkata, “Demi Allah, aku baru saja mendengar sebuah bacaan dari Muhammad yang kuyakin bukan perkataan manusia ataupun jin. Sungguh itu merupakan bacaan yang manis dan sebuah keindahan; bagian atasnya membuahkan dan bagian bawahnya lebat. Sungguh itu merupakan perkataan yang tinggi dan tiada yang dapat menyamai ketinggiannya.”
Setelah itu ia kembali ke rumahnya dan kaum Quraisy berkata, “Demi Allah, Al-Walid kekanak-kanakan. Dia adalah penghidupan bagi kaum Quraisy. Demi Allah, semua kaum Quraisy kekanak-kanakan.”
Lalu Abu Jahal berkata, “Aku yang akan melindungi kalian darinya.”
Lalu Abu Jahal pergi dan duduk di samping Al-Walid dengan bersedih. Melihat kedatangannya yang demikian itu, maka Al-Walid ber tanya kepadanya, “Wahai putra saudaraku, mengapa kulihat engkau bersedih?”
Abu Jahal menjawab, “Adakah yang melarangku untuk bersedih? Orang-orang Quraisy ini mengumpulkan biaya untukmu dan membantumu ketika usia lanjut. Mereka meyakini bahwa kamu menganggap baik dan indah perkataan Muhammad dan menemui Ibnu Abu Kabsyah dan Ibnu Abu Quhafah untuk mendapat kelebihan makanan dari keduanya.”
Mendengar tuduhan tersebut, Al-Walid marah seraya berkata, “Tidakkah kaum Quraisy mengetahui bahwa aku orang yang paling kaya dan paling banyak memiliki keturunan? Apakah Muhammad dan sahabatnya merasa sudah kenyang sehingga mereka mempunyai kelebihan?”
Lalu Al-Walid berdiri dan berjalan dengan Abu Jahal hingga sampai pada majelis kaumnya, seraya bertanya mereka, “Apakah kalian meyakini bahwa Muhammad itu gila, maka apakah kalian melihatnya mencekik seseorang?”
Mereka menjawab, “Ya Allah, tidak.”
BACA JUGA: Bagaimanakah Tayamum pada Zaman Rasulullah?
Ia bertanya lagi, “Kalian meyakini bahwa ia seorang dukun, maka apakah kalian melihatnya berpraktik perdukunan?”
Mereka menjawab, “Ya Allah, tidak.”
Al-Walid bertanya lagi, “Kalian meyakini bahwa ia pendusta, maka apakah kalian pernah mengalami suatu pengalaman tentang kedustaannya itu?”
Mereka menjawab, “Tidak.”
Lalu kaum Quraisy bertanya kepada Al-Walid, “Lalu siapa dia?”
Mendengar pertanyaan mereka itu, maka Al-Walid terdiam. Lalu ia memandangi mereka dan tampak bermuka masam seraya berkata, “Ia tidak lain merupakan penyihir, yang memisahkan antara seorang suami dengan keluarga dan anak-anak, serta budaknya. Dia adalah seorang penyihir dan apa yang diucapkannya tidak lain merupakan sihir yang menghipnotis.”
“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?” (Qs Al-Muddassir 18-19)
Sumber: Khalid Bin Al-Walid: Panglima Yang Tak Terkalahkan/Karya: Manshur Abdul Hakim/Penerbit: Dar Al-Kitab Al-Arabi/2010