Oleh: Zulhamdi M. Saad, Lc
SETIAP perjalanan membutuhkan perjalanan. Terutama manusia yang tak pernah bisa lepas dari aneka kebutuhan untuk menunjang kehidupannnya. Tanpa perbekalan yang cukup, perjalanan akan terasa berat dan hanya akan memunculkan dua kemungkinan; kembali pulang atau mati di tengah jalan.
Tak terkecuali dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak, seorang manusia khususnya Muslim wajib memiliki perbekalan jika ingin selamat dalam perjalanan itu. Allah SWT berfirman:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al Baqarah: 197)
BACA JUGA: Ciri-ciri Orang yang Bertakwa
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa orang-orang Yaman pergi melaksanakan ibadah haji ke Mekah tanpa membawa bekal dan mereka mengatakan, “Kami bertawakal kepada Allah.” Lalu Allah menurunkan ayat ini yang menyuruh untuk membawa perbekalan dalam beribadah haji.”
Penyertaan “Takwa” adalah sebaik-baiknya bekal ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan menuju Allah bekal terbaik adalah bekal takwa.
Firman Allah SWT di atas memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia.
Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal. Bekal itu mengenal Allah, mencintai Allah, menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Seluruh perbekalan itu terhimpun dalam kata takwa.
Perbekalan kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia, karena beberapa hal. Dalam Tafsir Ar-Raazi, disebutkan lima perbandingan antara keduanya:
1. Perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
2. Perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada habisnya.
3. Perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
BACA JUGA: Takwa Memiliki Tiga Tingkatan
4. Perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.
5. Perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi 5/168)
Sesungguhnya perjalanan ini masih jauh, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Kita pasti tahu perbekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya besok ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat. Wallahu a’lam bisshowab. []
SUMBER: IKADI