WALISONGO berperan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia. Mereka terdiri dari 9 orang ulama yang berdakwah di berbagai wilayah, khususnya di pulau Jawa.
Salah satu dari walisongo tersebut adalah Sunan Drajat. Nama aslinya adalah Raden Qasim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dari istrinya yang bernama Nyai Ageng Manila.
Sunan Drajat menyebarkan agama Islam di Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Dari Banjaranyar beliau pindah ke Desa Jelak yang penduduknya menganut agama Hindu-Budha.
BACA JUGA:Â Ajarkan Makna Kehidupan, Inilah 9 Filosofi Jawa Warisan Sunan Kalijaga
Gelar atau nama Sunan Drajat sendiri disematkan padanya merujuk pada jasanya membuka hutan yang kemudian dinamai Desa Drajat.
Pada tahun 1484 M beliau juga menyandang gelar Sunan Mayang Madu. Gelar itu diberikan oleh Raden Patah. Selain sebutan Sunan Drajat dan Sunan Mayang Madu, masyarakat Jawa juga menyebutnya sebagai Sunan Sedayu, atau Raden Syarifudin, dan Maulana Hasyim.
Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Drajat mempelopori orangÂ-orang kaya dan para bangsawan untuk mengeluarkan infak, sedekahh, dan zakat sesuai ajaran agama Islam. Beliau juga memanfaatkan kesenian untuk menarik minat masyarakat belajar tentang Islam. Beliau menciptakan tembang Pangkur dan Singo Mangkok, alat musik yang digunakan dalam gamelan.
BACA JUGA:Â Ketika Sunan Gresik dan Santrinya Shalat Istisqa
Ajaran sunan Drajat yang terkenal adalah Pepali Pitu atau tujuh ajaran yang dikenal pula dengan sebutan Tujuh Sap Tangga. Ajaran ini menjelma menjadi filosofi Jawa yang sarat makna.
Berikut ini ketujuh ajaran Sunan Drajat tersebut:
1 Memangun resep tyasing Sasoma
Artinya, selalu membuat hati orang lain menjadi senang.
2 Jroning suka kudu éling lan waspada
Artinya, meskipun dalam suasana riang, namun kita harus tetap ingat kepada tuhan dan senantiasa waspada.
3 Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah
Artinya, dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita yang luhur maka kita tidak perlu peduli dengan segala bentuk rintangan yang ada.
4 Mèpèr Hardaning Pancadriya
Artinya, kita harus tetap selalu menekan nafsu-nafsu indrawi.
5 Heneng – Hening – Henung
Artinya, dalam keadaan yang diam kita akan dapat memperoleh keheningan dan dalam keadaan yang hening itulah kita akan dapat mencapai cita-cita luhur.
6 Mulya guna Panca Waktu
Artinya, suatu kebahagiaan yang lahir batin hanya bisa kita capai dengan mengerjakan sholat lima waktu.
7 Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan
Artinya, berikan tongkat pada orang yang buta, berikan makan pada orang yang lapar, berikan pakaian
pada orang yang tidak mempunyai pakaian, berikan tempat berteduh bagi orang yang kehujanan. Maksudnya adalah berilah ilmu supaya orang lain pun menjadi pandai, sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta berikan perlindungan kepada orang yang menderita. []