SETELAH Nabi SAW selesai menghancurkan dua sayap yang kuat dari tiga kelompok (al-Ahdzab), beliau pun berkonsentrasi penuh kepada sayap yang ketiga yaitu orang-orang Arab Badui yang bengis. Yang mana mereka berpindah-pindah di gurun Nejd dan senantiasa melakukan perampasan dan perampokan dari waktu ke waktu.
Di dalam Shahih al-Bukhari, dari Jabir, ia berkata, “Kami bersama Nabi pada perang Dzatur Riqa’. Saat kami sampai pada pohon yang rindang, kami tinggalkan pohon itu khusus untuk Nabi. Beliau pun berteduh di bawahnya. Sedangkan, para sahabat berpencar mencari pohon dan bernaung di bawahnya.
BACA JUGA: Luka Kaum Muslimin di Perang Uhud
Sambil berteduh, Nabi menggantungkan pedangnya pada sebuah pohon. Saat kami tertidur, tiba-tiba datang seseorang dari kaum Musyrikin dan langsung menghunuskan pedangnya kepada Nabi.
‘Apakah kau takut padaku?’ tanyanya.
‘Tidak,’ jawab beliau.
‘Siapa yang dapat menolongmu dariku?’ katanya.
‘Allah,’ ucap Nabi dengan penuh keyakinan.
Kemudian Nabi memanggil kami. Tatkala kami menghampirinya, kami dapati di samping beliau ada seorang Arab Badui sedang duduk. Dan ialah orang yang menghunuskan pedang tadi. Namun Nabi tidak mencelanya.”
Ahli ghazawat (peperangan yang pernah diikuti oleh Nabi) mengatakan, “Perang ini terjadi pada tahun ke empat. Akan tetapi turutnya Abu Musa al-Asy’ari dan Abu Hurairah pada perang ini menunjukan bahwa ia terjadi setelah perang Khaibar. Kemungkinan besar ini terjadi pada bulan Rabbiul Awwal tahun ke tujuh Hijriah.”
BACA JUGA: Menyesal karena Mundur dari Perang Jisr, Mu’az Al-Qary Tak Henti Menangis
Dalam Shahi al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata, “Kami, aku dan enam orang sahabat lainnya, keluar bersama Nabi. Ketika itu bersama kami hanya ada seekor unta yang kami tunggangi secara bergilir. Hingga akhirnya kaki kami pun menjadi terkoyak, dan kuku-kuku saya terkelupas. Maka kami balut kaki kami dengan sehelai kain. Oleh karena itu perang ini disebut perang Dzatur Riqa’ (kaki yang di balut), karena kami membalut kaki-kaki kami yang terekelupas. []
Sumber: Sirah Nabawiyah Peerjalanan Hidup Yang Agung Muhammad/ Penulis: Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri/ Penerbit: Darussalam