MANUSIA terkadang tidak menyadari akan besarnya kasih sayang yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Kita cenderung bersikap egois dengan apa yang terjadi pada diri kita. Seakan kita merasa bahwa Dia tidak menyayangi kita. Sebenarnya apa yang ada dalam benak kita, sehingga kita beranggapan seperti itu?
Seandainya kita mau berhenti sejenak, mengambil jeda, membiarkan hati yang berbicara. Hati yang selama ini berteriak, tapi tak pernah terdengar, hati yang selama ini terabaikan, hati yang sekian lama tertutupi, hati yang terkalahkan oleh bisikan ego, gelinjang nafsu dan geliat kesombongan, pasti kita kan menangis, menjerit, takjub pada besarnya kasih sayang yang telah Dia berikan. Ya, Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang akan disayang dan dimanja. Kesulitan, masalah, penderitaan, semua muncul akibat dari pikiran kita, perilaku kita, perbuatan kita.
Tidak percayakah Anda? Ingatkah saat pertama kali diciptakannya manusia? Tinggal di mana? Manusia pertama, Adam itu tinggal di surga kan. Untuk apa? Nothing to do. Tanpa kerja. Apa pun keinginan manusia semua telah tersedia bahkan ibaratnya apa pun yang terpikirkan langsung terhidang saat itu juga. Mau makanan Amerika, datang burger (aneka rasa lagi, ada beef, cheese, chicken), mau makanan Italia, keluar spaghetti (ditemani pizza, macaroni, bruscheta), mau makanan Padang muncul rending (plus balado, kepala kakap, ayam pop), mau perempuan, lahirlah Hawa (seperti yang sudah pernah ke surga aja nih?).
BACA JUGA: Dosa Ini Disegerakan Hukumannya di Dunia
Karena sayangnya, manusia yang tercipta dari tanah, diangkat derajatnya lebih mulia daripada malaikat dan setan yang tercipta dari cahayadan api. Hanya manusialah yang diajarkan Allah berbagai nama-nama benda. Itu yang membuat setan menjadi pembangkang kepada Allah. Jadilah Iblis dan keturunannya pun bersumpah akan terus berusaha menyesatkan manusia sampai akhir zaman.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk gologan yang kafir,” (QS. al-Baqarah: 34).
“(Iblis) berkata, ‘Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan, sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).’ (Iblis) menjawab, ‘Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka’,” (QS. Sad: 79-83).
Itulah dosa pertama yang terjadi di dunia atau bahkan alam semesta. Ketidakpatuhan iblis pada perintah Tuhan, karena Tuhan sedemikian sayang pada manusia dan memerintahkan iblis dan malaikat tunduk bersujud kepada manusia. Kesombongan yang terdapat pada iblis menghalanginya untuk patuh pada penciptanya. Kesombongan pulalah penyakit yang akan menjangkiti manusia sehingga seringkali lupa pada kasih sayang Tuhannya. Kesombongan yang akan terus dihembuskan iblis kepada manusia untuk menyebar kerusakan dan kehancuran di muka bumi dan mencari teman sebanyak-banyaknya supaya mereka tidak kesepian di neraka kelak.
Iblis dan kawannya aja sadar begitu beruntungnya manusia, begitu disayangnya manusia. Tapi seberapa seringkah kita menyadari hal itu? Seberapa sering kita lebih banyak terfokus pada hal-hal yang kita anggap negatif sehingga yang muncul adalah keluhan, cercaan, rintihan, sakitan. Seberapa sering kita menyalahkan Tuhan atas penderitaan yang muncul dari akibat perbuatan kita, akibat ketidakpatuhan kita pada hukum-hukum yang digariskan Sang Pencipta.
Kesombongan yang terdapat pada iblis menghalanginya untuk patuh pada penciptanya. Kesombongan pulalah penyakit yang akan menjangkiti manusia sehingga seringkali lupa pada kasih sayang Tuhannya. Kesombongan yang akan terus dihembuskan iblis kepada manusia untuk menyebar kerusakan dan kehancuran di muka bumi dan mencari teman sebanyak-banyaknya supaya mereka tidak kesepian di neraka kelak.
Iblis dan kawannya aja sadar begitu beruntungnya manusia, begitu disayangnya manusia. Tapi seberapa seringkah kita menyadari hal itu? Seberapa sering kita lebih banyak terfokus pada hal-hal yang kita anggap negatif sehingga yang muncul adalah keluhan, cercaan, rintihan, sakitan. Seberapa sering kita menyalahkan Tuhan atas penderitaan yang muncul dari akibat perbuatan kita, akibat ketidakpatuhan kita pada hukum-hukum yang digariskan Sang Pencipta.
Sang Pencipta yang paling mengenali ciptaan-Nya. Sang Pencipta yang paling tahu persis yang terbaik bagi makhluk ciptaan-Nya. Hebat juga tuh Iblis, bisa menutupi semua kasih sayang Tuhan dengan sedikit penderitaan yang kita sendiri yang melahirkannya.
Nah lho, saat iblisnya baru sedikit saja manusia bisa kalah dikelabui iblis. Bahkan saat itu larangannya cuma satu. Apalagi sekarang ya? Manusia sih emang bertambah, tapi juga berkurang karena ada yang meninggal. Sementara iblis, kayaknya nggak pernah ada yang mati deh, jadi mereka terus beranak pinak tanpa pernah ada yang mati, wah bisa banyak amat dong jumlahnya. Kita dikelilingi iblis dong dari semua posisi, kana, kiri, depan, belakang, atas dan bawah? Emang iya, tapi tenang, Allah SWT sayang sama manusia dan tidak akan dibiarkan bertempur sendiri tanpa perlengkapan dan bantuan.
Terus kenapa sekarang kita ada di dunia, di muka bumi ini? Kita tidak lagi berada di surga, ya karena ulah kita, karena kita berselingkuh, tidak setia pada-Nya. Tuhan telah menyediakan semua fasilitas, semua sumber daya, semua ciptaan-Nya yang ada di surga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Tuhan hanya memberikan satu larangan. Begitulah dahsyatnya iblis, dengan hanya satu peluang untuk bisa menjerumuskan manusia, ternyata bisa dimanfaatkan dengan optimal. Ya, bukan rayu iblis berhasil membuat manusia melanggar larangan tersebut. Berkelanalah manusia di muka bumi ini.
BACA JUGA: Perbuatan Dosa karena Kebodohan, Apakah Termaafkan?
Lalu apakah kemudian Tuhan tidak sayang lagi sama kita? Biarkan hati bicara, yakinilah, kasih sayang Tuhan tidak akan pernah berhenti sampa akhir hayat kita. Hanya cukup dengan membiarkan hati yang hidup, hati yang bicara, memberika istirahat pada nafsu, memberikan rehat pada ego dan membiarkan pikiran kesombongan kita terlelap, kita bisa merasakan betapa besar kasih sayang-Nya.
Pada saat manusia diturunkan ke bumi, Tuhan telah mempersiapkan manusia untuk menjadi seorang khalifah, seorang pemimpin di muka bumi ini. Kita diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk memanfaatkan semua hasil ciptaann-Nya di muka bumi ini. Manusia diturunkan ke muka bumi dengan semua fasilitas, perlengkapan, petunjuk, kekuatan yang lebih dari cukup untuk mewujudkan manusia menjadi khalifah. Jadi Tuhan tidak membuang manusia ke bumi ini, namun mempersiapkan dan melatih kita untuk menjadi makhluk-Nya yang mulia yang akan memimpin alam semesta ciptaan-Nya. []
Sumber: Tuhan, Aku Selingkuh Dulu Ya/Karya: Rahmat Susanto/Penerbit: Zaga Media