DALAM bahasa Arab, dikenal dengan istilah tabarruj dan sufur. Tabarruj berarti seorang wanita yang menampakkan sebagian dari tubuh dan perhiasannya. Ada yang mengatakan, tabarruj diambil dari penampakan wanita, ada juga yang berpendapat diambil dari kata burjun yang berarti istana- dan istana seorang wanita adalah rumahnya.
Allah SWT befirman:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.. (QS. Al-Ahzab: 33)
Sedangkan sufur adalah menyingkap penutup wajah. Allah berfirman:
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri.. (QS. Abaa: 38)
BACA JUGA: Tabarruj Muslimah Modern
Berbagai dalil, baik dari Alquran maupun As-Sunnah serta ijma ulama menunjukkan haramnya tabarruj dan sufur. Hal ini disebabkan, keduanya dapat menyingkap aurat, merusak akhlak, dan menyeleweng terhadap aturan kehidupan.
Tabarruj bisa berupa tersingkapnya hijab (penutup) dan menampakkan sebagian anggota tubuh ke hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Bisa juga dengan seorang wanita yang melenggang berjalan dengan aroma parfum yang semerbak. Atau, menghentakkan kaki agar tersingkap perhiasan yang sebelumnya tertutupi. Semua itu menjadi pemantik yang menjurus kearah perzinaan. Dampaknya lebih parah daripada sekadar saling memandang.
Tabarruj bisa juga dengan bercampurnya laki-laki dengan perempuan dan saling pegang di antara keduanya. Demikian pula wanita dengan wanita yang menyerupai laki-laki, atau meniru gaya wanita kafir. Rasulullah telah menerangkan bahwa wanita seperti itu merupakan calon penghuni neraka.
BACA JUGA: 9 Keburukan Tabarruj
Abu Hanifah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Ada dua golongan penghuni neraka yang belum aku lihat. Yaitu golongan yang memegang cemeti seperti ekor sapi, yang dengannya mereka memukul manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”
Mudah-mudahan Allah SWT merahmati kita semua dengan rasa malu yang kuat dan rasa takut yang melekat saat hendak tergoda melakukan maksiat. Aamiin. []
Sumber: Pemuda Takut Dosa/ Karya Muhammad Al-Qadhi/ Penerbit Aqwam Jembatan Ilmu