“HALLO, ini sama akang?”
Saya mengernyit. “Iya, ini siapa ya?”
“Akang ga kenal saya?”
“Ha, siapa yaa?”
“Beneran? Ga kenal suara saya?”
(Suaranya seperti… ah masa iya? Jawabku dalam hati) “Aduh maaf, ga… maklum, makin tua sekarang…”
BACA JUGA: Di Ujung Jalan, Selalu Ada Jalan (1)
“Ih akang mah somse deh, mentang-mentang udah sukses sekarang …”
(Sukses apaan, yang ada pusing mikirin gaji karyawan dan bayar tagihan utang sana-sini. Ukuran suksesnya pasti soal materi) “Eh,…”
“Kang, aku teh udah lama nyari-nyariin akang…”
“Maaf ya, teteh ini siapa?”
Diam ga ada jawaban. Kemudian bersuara lagi, “Aku @#$%^&@* … Sekarang akang ingat gag?”
(Diam lagi)
“Kaaang….”
“Teh, kayaknya teteh salah orang deh… “
“Akang bukan 3457234?”
“Bukan …”
“Yang alumni SMA 1?”
(Diam). “Bukan…” (Maksudnya bukan SMAN 1 Bandung, tapi 1 Bandung-nya diucapkan dalam hati).
“@#$%^&*@*@&@*@*@….”
BACA JUGA: CLBK, Cinta Lama Belum Kelar?
“Halo teh?”
“Eh iya iya…”
“Gitu ya teh … Maaf pisan yaa… saya masih ada kerjaan nih. Saya tutup telefon-nya yah…”
“Kang…”
Saya pencet tombol merah. Percakapan terhenti. Nomor WA itu kemudian saya blok. Saya letakkan HP. Suara perempuan itu tak mungkin bisa terlupa. Tapi itu adalah suara dari 27 tahun yang lalu. Saya sudah beristri dan punya beberapa orang anak.
Maaf, saya bukan kisah bintang film itu. []