NABI Sulaiman as tetap bertahan dengan apa yang dilakukannya itu hingga hari menjelang sore, setelah itu barulah beliau pulang ke rumah. Pada saat itu beliau mempunyai dayang bernama Aminah.
Adalah Nabi Sulaiman as ketika beliau hendak buang air besar atau menunaikan hajat dengan salah seorang istri beliau, senantiasa melepas cincinnya dan menitipkan kepada Aminah. Beliau selalu memakai cincin tersebut dalam keadaan suci. Allah telah menjadikan (kekuatan) kerajaan beliau pada cincin tersebut.
Wahb berkata, “Suatu ketika Nabi Sulaiman hendak mengambil air wudhu, beliau lalu menyerahkan cincin tersebut kepada Aminah. Tiba-tiba datanglah Sakhr Al-Marid mendahului Nabi Sulaiman as masuk ke tempat wudhu, Nabi Sulaiman as sendiri masuk ke kamar kecil untuk buang air. Ketika beliau masih berada di kamar kecil, si setan (Sakhr Al Marid) keluar dengan merubah bentuknya seperti Nabi Sulaiman sambil mengkibas-kibaskan jenggotnya dan air wudhu dan sedikit pun tidak ada yang menduga bila dia bukanlah Nabi Sulaiman. Sulaiman palsu itu pun kemudian berkata, “Mana cincinku, wahai Aminah!”
BACA JUGA: Cara Nabi Sulaiman Ungkap Siapa Pencuri Angsa Milik Tetangganya
Aminah pun memberikannya dan sama sekali tidak menduga bila orang yang meminta cincin itu bukanlah Nabi Sulaiman as.
Setelah menerima cincicn tersebut, Sulaiman palsu kemudian mengenakannya di jarinya dan pergi berlalu menuju singgasana Nabi Sulaiman as. Di atas singgasana itu Sulaiman palsu dikelilingi oleh sekawanan burung, jin dan manusia.
Setelah selesai menunaikan hajat, Nabi Sulaiman as keluar dan berkata kepada Aminah, “Mana cincinku?”
“Siapakah engkau ini?” tanya Aminah.
“Aku adalah Sulaiman bin Daud,” jawab Nabi Sulaiman as.
Saat beliau berkata demikian, keadaan Nabi Sulaiman as sudah berubah dari keadaan semula dan hilang pula kewibawaannya.
Mendengar jawaban Aminah itu, sadarlah Nabi Sulaiman bahwa beliau telah melakukan kesalahan.
Al Hasan berkata, “Kemudian pergilah Nabi Sulaiman as meninggalkan istananya karena khawatir atas diri pribadinya dan hanya dengan mengenakan baju gamis dan selembar kain sarung tanpa alas kaki dan songkok. Akhirnya sampailah beliau ke sebuah pintu rumah di jalan raya pada saat beliau merasakan kepayahan karena lapar, haus dan sangat kepanasan. Beliau pun mengetuk pintu tersebut dan keluarlah seorang wanita seraya berkata, “Apa tujuan Anda datang kemari?”
“Aku ingin bertamu sebentar. Anda saksikan sendiri, aku sedang kepanasan. Kedua belah kakiku terbakar dan aku sangat kelaparan dan kehausan,” jawab Nabi Sulaiman as.
“Suamiku sedang tidak ada di rumah,” kata wanita itu. “Aku tidak bisa menerima tamu laki-laki asing. Oleh karenanya, silahkan Anda istirahat dulu di kebun, di sana tersedia air dan buah-buahan, Anda boleh memakan buah-buahan yang ada di dalamnya dan mandi di sana. Jika suami saya telah datang, akan saya mintakan ijin kepada Anda untuk menerimamu. Bila suami saya mengijinkannya, Anda boleh bertamu dan bila tidak, Anda telah mendapatkan rezeki dari Allah (karena telah memakan buah-buahan dan mandi) dan Anda boleh pergi.”
Nabi Sulaiman as pun pergi ke kebun dan mandi. Sesudah mandi, Nabi Sulaiman as merebahkan diri hingga beliau tertidur. Namun ada lalat yang mengganggunya. Tiba-tiba datanglah seekor ular hitam menggigit sebatang ranting pohon kayu wangi (raihanah) dari kebun tersebut. Dengan sebatang ranting itu, ular hitam tadi mengusir lalat-lalat tersebut dari Nabi Sulaiman as. Hal ini terus berlangsung hingga datanglah suami wanita itu, dan berceritalah sang istri kepada suaminya perihal adanya seorang tamu asing.
Mendengar cerita dari sang istri, suami wanita itu lalu datang menemui Nabi Sulaiman as. Setelah dia melihat ada seekor ular dan apa yang dilakukannya terhadap diri Nabi Sulaiman as dipanggilnya sang istri seraya berkata, “Kemarilah dan lihatlah keajaiban ini!”
Mendengar panggilan sang suami, si wanita pun datang dan melihat apa yang sedang terjadi, lalu keduanya menghampiri Nabi Sulaiman dan membangunkannya. Mereka pun berkata kepada beliau, “Wahai anak muda, ini adalah rumah kami, kami tidak akan melakukan sesuatu yang memberatkanmu. Inilah putriku akan kujodohkan kepadamu.”
Putri mereka itu seorang wanita yang sangat cantik. Dan akhirnya Nabi Sulaiman pun menikah dengan putri mereka itu, serta tinggal bersama mereka selama tiga hari.
Setelah genap tiga hari Nabi Sulaiman as hidup bersama mereka, beliau kemudian berkata, “Aku harus pergi untuk mencari pekerjaan demi kepentingan diriku sendiri dan juga istriku.”
BACA JUGA: Wafatnya Nabi Sulaiman Buat Jin Lari Terbirit-birit
Setelah berkata demikian, maka Nabi Sulaiman as pun pergi untuk menemui orang-orang yang biasa berburu, kepada mereka beliau kemudian bertanya, “Apakah Anda sekalian masih membutuhkan tenaga seseorang yang dapat membantu Anda semua, sehingga dari hasil buruan Anda itu dapat memberikan sedikit upah kepadanya dan semoga Allah akan memberikan rezeki-Nya kepada Anda semuanya!”
“Kami sekarang sudah tidak berburu lagi dan kini pun kami tidak mempunyai sesuatu yang bisa kami berikan kepadamu,” jawab para pemburu itu.
Mendengar jawaban dari mereka, Nabi Sulaiman pun meninggalkan mereka dan menemui pemburu-pemburu lainnya untuk menyampaikan maksud yang sama. Mereka menjawab, “Tentu dengan senang hati, kami bisa membantumu dengan apa yang ada pada kami.”
Nabi Sulaiman as kemudian tingga bersama mereka dan setiap malam beliau datang menemui sang istri sambil membawa hasil buruan. Hingga akhirnya orang-orang mengingkari keputusan Sulaiman (palsu) dan tindakannya.
Ketika si jahat (Sakhr Al-Marid) mengetahui bahwa semua orang telah mengenalinya, dia pun pergi meninggalkan istana dan membuang cincin tersebut ke laut. []
Sumber: Ibnu Qudamah Al Maqdisy |Mereka yang Kembali, Ragam Kisah Taubatan Nashuha | Penerbit Risalah Gusti | Surabaya | 1999