JENIS penyakit paling buruk yang menimpa kehidupan manusia adalah kemusyrikan. Karena ia berarti memberikan rububiyah kepada yang tidak berhak menerimanya dan memberikan berbagai macam ‘ubudiyah kepada yang tidak berhak mendapatkannya.
Di samping mengacaukan hati manusia sehingga tidak dapat menghadap ke satu arah dalam ‘ubudiyah dan talaqqi, dan dalam kehidupan ini tidak dapat bertolak dari satu sumber sehingga ia beribadah kepada batu, pohon, alam, manusia atau masyarakat kemudian terus-menerus terjerumus dalam matarantai penyimpangan.
BACA JUGA: Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin saat Rasulullah Membaca Alquran
Seorang Muslim yang beraqidah tauhid terbebas dari semua ini tetapi bisa jadi terkena penyakit kemusyrikan yang tersembunyi yaitu riya’. Sehingga Anda melihatnya melakukan suatu amal perbuatan seolah-olah beribadah kepada seseorang atau masyarakat, lalu dari sini ia terjerumus ke dalam riya’ yang sangat berbahaya yang berdampak sangat negatif terhadap pelakunya dan ummat. Karena riya’ merupakan penipuan terhadap diri dan ummat di samping membinasakan jiwa di dunia dan akhirat.
Sesungguhnya hal terbesar yang senantiasa diupayakan oleh seorang Mu’min adalah keselamatan dirinya di sisi Allah, sementara itu terdapat sejumlah nash shahih yang menegaskan kebinasaan orang yang dalam beramal tidak ikhlas untuk mencari ridha Allah. Di antaranya hadits shahih yang menyebutkan tiga orang yang pertama kali menjadi bahan bakar api neraka dari kalangan orang-orang yang bermaksiat yaitu orang yang riya’ dengan jihadnya, orang yang riya’ dengan ilmunya dan orang yang riya’ dengan kedermawanannya.
BACA JUGA: Perjanjian Kaum Musyrikin untuk Memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib
Bagaimana bisa dibenarkan dalam logika iman, orang yang membinasakan dirinya dengan beramal untuk selain Allah. Orang yang beramal bukan karena Allah ini tidak dapat menjadi pilar pendukung kehidupan manusia, karena ia tidak beramal kecuali dengan pamrih atau diketahui amalnya.
Padahal kebanyakan amal kebaikan tidak demikian bahkan Islam itu sendiri tidak bersifat demikian, sebab da’wah Islam kadang-kadang perlu menghadapi opini massa yang zhalim dan kafir sedangkan orang yang riya’ enggan melakukan konfrontasi ini. Semoga kita bisa lebih barhati-hati dari kemusyrika yang tidak kita sadari ini. []
Referensi: Intisari Ihya ‘Ulumuddin al-Ghazali Mensucikan Jiwa/ Disusun Oleh: Sa’id Hawa/ Penerbit:Robbani Press