Oleh: Yudhistira Adi Maulana, Penggagas Rumah Sehat Bekam Ruqyah Centre Purwakarta
ADA sebuah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa shalat memiliki segudang manfaat, tidak hanya menyehatkan ruhani, namun juga menyehatkan fisik, mental, termasuk di dalamnya mengurangi stress dan depresi.
Sentot Haryanto, dalam bukunya Psikologi Shalat (Pustaka Pelajar, 2001), mengungkapkan bahwa shalat mengandung aspek-aspek yang dapat mengembangkan mentalitas sehat. Aspek-aspek psikologis itu antara lain:
1. Aspek olahraga. Gerakan-gerakan shalat dari mulai takbiratul ihram sampai salam mampu memberikan efek positif terhadap kesehatan jasmani dan ruhani.
BACA JUGA: Shalat Tahajud, Ini Manfaatnya, dari Mulai Dimudahkan Rezeki, Jodoh, hingga Diberikan Kesehatan
2. Aspek relaksasi otot. Relaksasi dipercaya dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi kecemasan, ketegangan, sulit tidur (insomnia), mengurangi hiperaktivitas pada anak, mengurangi toleransi sakit, dan membantu mengurangi keinginan merokok bagi mereka yang ingin berhenti merokok.
3. Aspek relaksasi kesadaran indra. Ketika kita menunaikan shalat dengan khusyu, ruh kita seakan membumbung tinggi menembus batas-batas dimensi, meninggalkan dunia menuju kehadirat Dzat Yang Mahatinggi.
Dalam kondisi tersebut, pancaindra kita akan terlepas dari ketegangan dari dalam dan tekanan dari luar.
4. Aspek meditasi. Tidak berlebihan jika menyebut shalat sebagai meditasi tertinggi.
Betapa tidak, efek yang ditimbulkannya melebihi praktik meditasi atau yoga, yaitu hadirnya ketenangan dan kedamaian dalam diri.
Kondisi ini, tentunya dapat kita capai jika kita melakukannya dengan khusyu dan penuh kesadaran.
5. Aspek auto-sugesti. Shalat adalah sarana efektif untuk membimbing diri melalui proses pengulangan bacaan.
Setiap pengulangan bacaan dan gerakan memberi efek psikologis yang dalam, sebentuk afirmasi dan proses internalisasi nilai-nilai kebaikan sehingga bisa tertanam di alam bawah sadar kita.
BACA JUGA: Manfaat Shalat bagi Jiwa dan Raga Manusia
6. Aspek pengakuan dan penyaluran emosi (katarsis). Sejatinya ritual shalat adalah sebentuk komunikasi yang intens antara hamba dengan Tuhannya.
Ketika itu, seorang hamba bisa curhat mengeluarkan semua isi hatinya, mengadu, mengiba. Dan mendekati-Nya.
7. Aspek pembentukan kepribadian. Melalui shalat, manusia dilatih berlaku disiplin, taat asas, jujur, mencintai kebersihan, kedamaian, ketundukan, dan sikap-sikap mulia lainnya.
Dengan menjalankan shalat secara istiqamah, pribadi seorang Muslim bisa menjadi lebih baik.
8. Aspek terapi air (hydro therapy). Siapa pun orangnya, sebelum shalat, ia harus berwudhu karena ternyata wudhu memiliki beragam manfaaat.
Mulai efek penyegaran, membersihkan badan dan jiwa dari kotoran, hingga fungsi pemulihan tenaga.
Intinya, ketika seorang hamba menunaikan shalat dengan khusyu, ia berpeluang besar untuk mendapatkan pengalaman ruhani tertinggi (peak experience) dan bangkitnya kesadaran puncak.
BACA JUGA: Yuk, Sehat dengan Shalat Dhuha!
Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku; maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk mengingat-Ku.” (QS Thaha [20]: 14).
Dalam hierarki kesadaran. Kemampuan mengenal dan mengingat Allah Swt. Yang berujung pada hadirnya kesadaran untuk senantiasa ditatap oleh-Nya, senantiasa didengar oleh-Nya, hingga merasa bersama-Nya di kala hening atau di kala ramai, adalah kesadaran tertinggi yang dimiliki seorang manusia.
Inilah kesadaran yang mampu dicapai para nabi beserta orang-orang saleh. Agama kita menyebutnya sebagai ihsan.
Ketika seseorang sudah sampai pada tahap kesadaran ini, niscaya hidupnya akan terarah, istiqomah, dan penuh kedamaian. []