SETELAH Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberlakukan azan untuk menyeru shalat, kaum Muslim menyambutnya dengan gembira. Pasalnya, mereka dapat melaksanakan shalat berjamaah tepat waktu. Namun, setiap kali azan dilantunkan, mereka tetap bercanda dan melakukan berbagai kegiatan dan kesibukan sesuka mereka di dalam Masjid Nabawi, Madinah.
Akibatnya, suasana masjid yang pembangunannya dimulai pada Rabi’ Al-Awwal 1 H/September 622 M dan didirikan di atas lahan yang dibeli dari dua anak yatim, Sahl dan Suhail, itu pun riuh rendah dengan berbagai ulah, canda, dan kegiatan mereka.
Mereka tidak memedulikan azan yang sedang dilantunkan. Melihat hal yang demikian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun merasa gundah dan gerah karena masjid terasa bagaikan pasar.
BACA JUGA: Ini Kalimat untuk Menjawab Adzan dan Iqamah
Maka, suatu saat beliau pun mengumpulkan kaum Muslim yang berada di masjid tersebut Setelah mereka berkumpul, beberapa saat kemudian beliau bersabda, “Wahai para Sahabatku, apabila kalian mendengar seorang muazin sedang melantunkan azan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muazin. Setelah itu, bacalah shalawat kepadaku.
Sesungguhnya, barang siapa membaca shalawat untukku satu kali, Allah mengaruniainya sepuluh shalawat Lantas, mohonkanlah kepada Allah wasilah untukku. Wasilah adalah kedudukan di surga yang hanya layak diberikan kepada hamba Allah, dan aku berharap menjadi hamba Allah itu. Barang siapa memohonkan wasilah kepada Allah untukku, dia berhak mendapatkan syafaat.”
Selepas mendengarkan pernyataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut, suasana Masjid Nabawi pun menjadi tenang dan syandu setiap kali azan dilantunkan. []
Sumber: Pesona Ibadah Nabi: Shalat Zakat Puasa Haji/Karya: Ahmad Rofi` Usmani/Penerbit: Mizan/1436