KETIKA arah kiblat dipindahkan dari Syam ke Ka’bah yang terjadi pada bulan Rajab genap tujuh puluh bulan sesudah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, maka Rifa’ah bin Qais, Fardam bin Amr, Ka’ab bin Al-Asyraf, Rafi’ bin Abu Raff Al-Hajjaj bin Amr sekutu Ka’ab bin Al-Asyraf, Ar-Rabi’ bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq, dan Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq datang menemui Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam.
Lalu berkata, “Wahai Muhammad, mengapa engkau beralih dari kiblatmu yang semula, padahal engkau menyatakan bahwa dirimu sebagai penganut agama Ibrahim? Kembalilah kepada kiblatmu yang pertama, niscaya kami mengikuti dan membenarkanmu.”
BACA JUGA: Meludah ke Arah Kiblat, Kenapa Tidak Boleh?
Ucapan tersebut memiliki maksud untuk mengeluarkan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dari agamanya. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblatyang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sebagai ujian dan cobaan, Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; yakni berupa keyakinan dan yang Allah kokohkan dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Yakni keimanan kalian dengan kiblat dan pembenaran kalian akan Nabi kalian, dan ikutnya kalian pada kiblat terakhir, dan ketaatan kalian pada nabi kalian, agar Allah berikan pahala keduanya secara keseluruhan. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 142-143). []
BACA JUGA: Shalat tapi Baru Sadar Arah Kiblatnya Salah, Bagaimana?
Sumber: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media