HARUN al-Rasyid, salah seorang raja di era Khilafah Abbasiyyah yang dikenal suka memuliakan ulama dan ilmu. Ia begitu mengagungkan Islam hingga terwujud peradaban yang sangat gilang gemilang pada saat itu. Dan pula yang paling penting, ia sangat mencintai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam beberapa risalah, Al-Qadhi Iyadh, memiliki kesan yang cukup mendalam terhadap figur Harun al-Rasyid.
Beliau mengatakan, “Tidak kuketahui seorang raja pun yang bersafar menempuh perjalanan belajar kecuali al-Rasyid. Ia berjalan bersama dua orang anaknya al-Amin dan al-Makmun, untuk mendengar kajian al-Muwaththa yang disampaikan oleh Imam malik rahimahullah.”
BACA JUGA: Harun Al-Rasyid, Raja Di Raja, karena Mahir Memimpin Negeri yang Besar dan Makmur
Saat akhir hayat sang khalifah, Abdullah bin al-Mubarak bersedih. Ia duduk penuh duka. Sampai orang-orang pun menghiburnya. Abdullah bin al-Mubarak adalah seorang ulama tabi’ tabi’in saat era kekhalifaan Harun. Seorang yang shaleh dan wara’.
Abu Muawiyah ad-Dharir mengatakan, “Tidaklah aku menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan al-Rasyid kecuali beliau mengucapkan, ‘Shalawat untuk junjunganku’. Kemudian aku riwayatkan sebuah hadits kepadanya. (Rasulullah bersabda) ‘Sungguh aku ingin berperang di jalan Allah, kemudian terbunuh. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh lagi’. (mendengar hadits itu) Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.”
Berikut sabda Rasulullah tersebut:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ وَدِدْتُ أَنِّي أُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، فَأُقْتَلُ ، ثُمَّ أُحْيَا ، ثُمَّ أُقْتَلُ ، ثُمَّ أُحْيَا ، ثُمَّ أُقْتَلُ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berandai, berperang di jalan Allah. Kemudian terbunuh. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh lagi. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh kembali.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tamanni, 6713).
BACA JUGA: Ibadahnya Harun Al-Rasyid
Mendengar hadits itu, dan semangat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memperjuangkan Islam serta berusaha merengkuh pahalanya, Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.
Ada satu pertanyaan, dimanakah sikap hati kita saat mendengar atau membaca sabda Rasul tersebut? Akankah sama seperti Harun al-Rasyid?
Dari sini, barulah kita bisa membedakan antara cinta kita dengan Rasulullah dan hadits beliau, beda dengan cintanya Harun al-Rasyid kepada Rasulullah dan haditsnya. Salah seorang figur pemimpin yang kelak didambakan umat ini. []
SUMBER: KISAHMUSLIM