KEDASYATAN Al-Quran tidak bisa kita pungkiri. Betapa banyak kita baca kisah-kisah non-Muslim yang berbondong-bondong masuk Islam karena mendengarkan ayat suci Al-Quran. Bahkan pada zaman Rasulullah, ayat Al-Quran bisa membuat orang menangis dan pingsan. Diriwayatkan bahwa Mudhar ia adalah seorang qari sedang membaca ayat ini:
“Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya,” (QS. Al-Jatsiyah: 29).
Lantas Abdul Wahid bin Zaid menangis ketika mendengar ayat tersebut sampai pingsan. Ketika telah siuman, ia berkata, “Demi kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu saya tidak akan berbuat maksiat kepada-Mu dengan segenap kemampuanku untuk selamanya. Oleh karena itu, berilah saya pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada-Mu dengan pertolongan-Mu.”
Kemudian ia mendengar seseorang membaca ayat berikut, “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27-28)
Dikutip dari kisahmuslim.com, lalu ia meminta agar si pembaca ayat tersebut mengulangi kembali dan bertanya, “Berapa kali saya mengucapkan irji’i.” Ia pun pingsan lantaran takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan siksa-Nya. Ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memperbaiki diri setelah itu. Maha benar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berfirman:
“Sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah,” (QS. Al-Hayr: 21).
BACA JUGA:
Keinginan RA Kartini dan Taktik Kiai Sholeh Darat Terjemahkan Al-Quran di Masa Penjajahan
Tak Bisa Baca Al Quran, Bagaimana?
Zirarah bin Auf menjadi iman bagi orang banyak saat shalat Subuh. Tatkala ia membaca ayat, “Maka apabila sangkakala ditiup, maka itulah hari yang serba sulit,” (QS. Al-Muddatstsir: 8).
Maka, ia terjatuh dalam keadaan telah meninggal dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya.
Dan ketika firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini telah diturunkan, “Dan sungguh, Jahannam itu benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan) semuanya,” (QS. Al-Hijr: 43).
Maka, Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menjerit satu jeritan, lalu ia meletakkan tangan di atas kepalanya dan pergi tak tentu arah selama tiga hari.[]