ISLAM merupakan agama universal dan dengan demikian seorang muslim adalah pribadi yang universal. Bergerak dari ukhuwah islamiah ke ukhuwah universal, yaitu perikemanusiaan. Lalu, bagaimana padangan Al-Quran dan As-Sunnah tentang hal ini?
Perikemanusiaan berarti mengembalikan seluruh umat manusia kepada asal yang satu, ayah dan ibu yang satu. Tidak ada perbedaan antara manusia dalam asal usulnya. Seluruh manusia dari Adam, dan Adam dari tanah.
BACA JUGA: Dunia; Surga bagi Orang Kafir dan Penjara Bagi Orang Mukmin
Prinsip ini telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya, “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu,” (QS. Al-Hujurat: 13).
Mengenai ketentuan tanah air manusia Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak manfaatnya bagi sesama.”
Makin luas daerah kemanfaatannya dan kebajikannya, makin baiklah seorang manusia. Sebaliknya semakin sedikit manfaat dan kebajikannya makin buruklah ia. Sebab, jika kebajikan tidak melekat padanya, kejahatan dan keburukanlah yang ada padanya.
BACA JUGA: 2 Watak yang Mustahil Dimiliki Seorang Mukmin: Dusta dan Khianat
Jadi, luas dan sempitnya tanah air seseorang diukur dari sejauh mana ia berkiprah dalam berjuang perjuangan dan pembangunan. Karena itu ada orang yang tidak punya tanah air, bahkan tidak berkuasa atas dirinya sendiri.
Ada orang yang tanah airnya sebatas rumah tangganya. Ada pula yang tanah airnya mencakup umat dan bangsanya, bahkan perikemanusiaan dalam arti umat manusia universal. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli as-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani