Oleh: Budi Kurnia @ust_kurnia Asdir STIFIn Tuban
JIKA Islam hanya ibadah shalat 5 waktu Inshaallah Al-Qur’an tidak setebal saat ini. Karena Islam membawa segudang aturan yang harus diperhatikan, memahami dan melakukan anjuran serta menjauhi laranganNya selama 24 jam. Tidak ada toleransi meninggalkannya barang sedetik pun.
Setiap permasalahan, setiap hambatan, dan setiap kenikmatan hidup yang kita jalani pada hakikatnya terikat pada Islam itu sendiri yang kemudian bermuara pada Allah Sang Pencipta alam semesta. Kesadaran hubungan dengan Allah (al idra’ sillah billah) inilah yang disebut ruh muslim yang bertaqwa. Ruh sebagai kesadaran dalam pikir dan perasaan untuk selalu terikat padaNya.
BACA JUGA: Disebarkan dengan Darah dan Air Mata, Alquran Kini Tidak Diacuhkan
Nahasnya, di era saat ini karena semakin ditinggalkannya Al-Qur’an dalam praktek kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan ruh sebagai seorang muslim menjadi lemah. Dan cenderung mendewakan akal dalam proses kehidupan sehari-hari. Maka tak kaget jika banyak orang yang saat ini cenderung meninggalkan eksistensi mereka sebagai muslim yang mengejar akhirat.
Jangankan soal akhirat, soal dunia saja mereka sudah dibuat mabuk oleh harta dan jabatan. Yang akhirnya muncul peradaban masyarakat materialis yaitu kaum sekuler, kaum yang memisahkan antara agama dan kehidupan sehari-hari. “Islam just at mosque” demikian celetuk mereka. Naudzubillah
Dari sinilah perlu kita pahami, bahwa rusaknya peradaban muslim saat ini dan merajalelanya kemaksiatan adalah karena ummat lupa eksistensi mereka sebagai muslim. Mereka lupa akan landasan fundamental membangkitkan ruh sebagai seorang muslim.
Allah berfirman: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. Arra’du : 11)
Seandainya saja setiap muslim memahami eksistensi ayat ini, tentang hakikat bagaimana kepribadian muslim dibangun, Inshaallah tidak ada banyak waktu luang untuk mereka tertawa dan berleha-leha di dunia ini. Apalagi membenarkan serta mendakwahkan pemikiran-pemikiran yang jelas-jelas bertentangan dengan islam.
Kemudian setelah pemikiran dan kesadaran ruh, Islam menancap dalam hidup seorang muslim. Maka barang tentu masyarakat yang terbentuk pun akan menjadi masyarakat yang makmur lagi sejahtera. Biidznillah haqqul yaqin. Karena Allah telah menjanjikan sendiri dalam Al -Qur’an.
BACA JUGA: Baca Alquran Tapi Masuk Neraka, Kenapa Bisa?
Lalu langkah apa yang harus kita lakukan agar tercipta impian mulia ini? Tentunya kita harus menyadari hakikat kita sebagai muslim, membangun keluarga yang terikat pada Al-Qur’an serta mensyiarkan pemikiran-pemikiran islam dalam kehidupan sehari-hari.
Entah Anda seorang profesional, pejabat, buruh, karyawan, ataupun hanya seorang loper koran dan pemungut sampah, hati Anda harus senantiasa terpaut padaNya. Bukan soal ketenangan hati semata, namun juga implementasi segudang hukum islam dalam alqur’an. Wallohu’alam.[]