HAWA nafsu harus dikendalikan. Hal itu diperintahkan oleh Allah SWT agar manusia tidak terjerumus pada perbuatan dosa.
Mengendalikan hawa nafsu tentunya tidak mudah. Butuh perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, hasilnya pun tentu berbeda-beda.
BACA JUGA: Akibat Selalu Mengikuti Hawa Nafsu
Terkait dengan pengendalian hawa nafsu, Imam Al Ghazali dalam buku Mizan al-‘Amal, menyebutkan tiga tingkatannya.
1 Orang yang sepenuhnya dikuasai hawa nafsu
Orang yang sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsunya dan tidak dapat melawannya sama sekali. Ini merupakan keadaan manusia pada umumnya. Dengan begitu, ia sungguh telah mempertuhankan hawa nafsunya seperti dimaksud ayat ini:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
”Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.” (QS Al-Jatsiyah: 23)
2 Orang yang senantiasa dalam pertarungan melawan hawa nafsu
Pada suatu kali ia menang dan pada kali yang lain ia kalah. Kalau maut merenggutnya dalam pertarungan ini, maka ia tergolong mati syahid.
BACA JUGA: Kata-kata Renungan tentang Hawa Nafsu
Dikatakan demikian, karena ia sedang dalam perjuangan melawan hawa nafsu sesuai perintah Nabi SAW:
”Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.” Ini merupakan tingkatan manusia yang tinggi di bawah para nabi dan wali-wali Allah.
3 Orang yang sepenuhnya dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya
Inilah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat. Menurut Ghazali, ini merupakan tingkatan para nabi dan wali-wali Allah. []
Referensi: Mizan al-‘Amal/Karya: Al Ghazali/Penerbit: Dar Al-Ma’arif/Tahun: 1964