NU’Man bin Tsabit al-Kufi atau kita lebih mengenal beliau dengan nama Imam Abu Hanifah. Ulama besar dari Kuffah dan salah satu Imam peletak Madzhab di bidang Fiqih.
Suatu waktu beliau dipanggil Khalifah Abu Jafar al-Manshur, khalifah yang berkuasa saat khilafah Abbasiyyah berjalan. Imam Abu Hanifah pun menghadap. Ia ditawari jabatan tinggi untuk menjadi katua mahkamah agung.
BACA JUGA: Dunia; Surga bagi Orang Kafir dan Penjara Bagi Orang Mukmin
Karena rasa Zuhudnya, Abu Hanifah pun menolak. Ia ditangkap dan dipenjara.
Khalifah hampir kehabisan akal untuk membujuk Imam Abu Hanifah, menurutnya sang imam adalah satu-satunya ahli hukum yang baik. Hanya Abu Hanifah lah yang pantas menerima jabatan tersebut.
“Bawa Abu Hanifah ke hadapanku!” titah Khalifah.
Abu Hanifah pun dibawa menghadap Khalifah. “Aku tak pernah mengenal orang yang memahami hukum-hukum agama lebih baik daripadamu,” kata khalifah. “Karena itu aku memilijmu menjadi ketua mahkamah agung. Itu keputusan finalku.”
“Wahai Amirul Mukminin,” kata Abu Hanifah. “Sungguh saya tidak bisa menerima jabatan setinggi itu.”
“Mengapa?”
“Di negeri ini tak ada ahli hukum yang lebih baik selain Anda, hai Amirul Mukminin.”
“Kau bohong!” seru khalifah.
BACA JUGA: Ini yang Akan Menarik Tangan Orang Mukmin Menuju Surga
“Wahai amirul mukminin, kalau Anda sudah tahu bahwa saya ini seorang pembohong, mengapa Anda pilih saya untuk mengisi jabatan tersebut? Apa jadinya jika ketua mahkamah agung adalah seorang pembohong?” Kilah Abu Hanifah.
Khalifah pun kalah debat. Ia tak bisa menjawab apapun. Abu Hanifah pun dibebaskan. []
Referensi: 31 Cerita Ba’da Isya. Karya Sofyan Mashuri