JIMA harus selalu dimulai dengan pendahuluan, yaitu cumbu rayu sebelum terjadinya penetrasi (coitus).
Pendahuluan sebelum berhubungan jima adalah cumbu rayu berupa sentuhan, usapan, remasan pada bagian tubuh istri ataupun suami dengan tujuan untuk membangkitkan birahi keduanya.
Rasulullah melarang berhubungan tanpa pendahuluan. Walaupun pendahuluan sepele janganlah diabaikan.
Memulai pendahuluan tidaklah terlalu sulit. Apalagi bila sudah mengetahui seni dan selahnya. Pada tubuh istri terdapat sekian banyak tempat sensitive untuk disentuh atau diraba sehingga nafsu birahinya bergejolak.
Sesuai dengan sifat kemanusiaannya, istri lebih lama terangsang dibanding suami, walaupun daerah sensitif untuk terangsang lebih banyak.
BACA JUGA:Â Yang Membuat Istri Terbuka soal Jima
Sedangkan suami mudah sekali terangsang meski tak perlu diraba-raba bagian tubuhnya. Sifat penasaran suami terhadap anggota badan yang tersembunyi dari istri akan membuat ia mudah terangsang.
Mulailah pendahuluan dengan mengucapkan kata-kata rayuan sebagaimana anjuran Rasulullah SAW. Rayuan biasanya dilakukan sambil berpelukan disertai dengan meraba-raba bagian tubuh yang sensitif misalnya rambut sampai punggung. Apabila sudah cukup bisa dilanjutkan dengan ciuman pada bibir, leher, dada dan tengkuk.
Pada saat ciuman tangan masing-masing diusahakan saling meraba untuk mempercepat suasana ‘panas’. Di sinilah perlunya sentuhan-sentuhan kelembutan. Di sini pulalah diperlukan seni dan kesabaran. Sebab, bagian ini barangkali boleh diibaratkan 25% dari hubungan seks itu sendiri dilihat dari segi kenikmatan yang didapat. Seorang suami harus tahu perlakuan apa yang disukai istrinya, demikian pula sebaliknya.
Kedua pasangan juga bisa melakukan hal-hal baru yang tidka melanggar syariat. Bila sang pasangan tidak suka terhadap posisi atau kondisi tertentu, tentunya tidak akan diulangi lagi pada hubungan jima berikutnya.
Untuk itu, perlu keterusterangan antara suami istri. Apabila tidak suka sesuatu harus disampaikan supaya tidak stress atau trauma.
Demikian pula kalau merasakan kenikmatan, sekali lagi harus disampaikan pada pasangannya. Pada saat berhubungan jima kembali, perlakuan itu akan diulang lagi, ditambah eksperimen baru.
Namun bila tidak disukai atau tidak nyaman, tidak perlu diteruskan.
Walhasil, jika dengan penuh kesadaran dan pengertian di antara keduanya maka pasangan tersebut akan kaya dalam berjima Ujung-ujungnya kenikmatan jima pada mereka akan semakin meningkat.
BACA JUGA:Â Hubungan Suami Istri Itu Sedekah, Maksudnya?
Bila sang istri belum merasa siap, suami harus sabar untuk menahan diri. Istripun tidak boleh terlalu lama dan berusaha ingatannya menuju pada sang suami yang barangkali sudah tidak tahan.
Sekali lagi memerlukan pengertian dan keterusterangan. Jangan sekali-kali berpura-pura memperlihatkan kita sudah siap. Fatal akibatnya bila salah satu dari pasangan itu belum siap.
Ada hal sepele namun penting dalam permainan asmara ini. Ruangan atau kamar untuk berhubungan harus siap pakai. Misalnya sudah dikunci, bebas dari intipan dan rapi. Kedua pasangan tentunya tidak ingin diganggu dengan keluar masuknya anak atau orang lain secara tiba-tiba. Dengan tidak siapnya ruangan menjadikan proses jima itu sendiri tidak nyaman.
Masalah lain adalah bebauan. Jangan sampai salah satu dari pasangan mempunyai bau yang tidak sedap yang mengganggu jalannya jima. Mulut diusahakan sudah sikat gigi atau minimal tidak bau. Nah… []