KETIKA tiga orang kafir Quraisy yang masih bersaudara, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah dan Walid bin Utbah, menantang duel, Nabi SAW memerintahkan Hamzah, Ali dan Ubadah bin Harits yang juga bersaudara untuk menghadapinya. Dengan mudah pahlawan muslim mengalahkan ketiga kafir tersebut. Hanya saja Ubadah sempat terluka parah, dan akhirnya gugur sebagai syahid.
Dalam perang Badar itu, Hamzah memakai tanda bulu burung pada bajunya. Ia berperang dengan perkasanya sehingga pasukan musuh porak poranda. Seorang lelaki musyrik bertanya tentang siapa dia, dan dijawab kalau dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia berkata, “Dialah yang banyak menimbulkan kesusahan pada kita.”
BACA JUGA: Kisah Sang Singa Allah, Pelindung Nabi
Dalam perang Uhud, ketika pasukan muslim porak poranda karena sebagian besar pemanah meninggalkan posnya, seorang sahabat melihat Hamzah di dekat sebuah pohon sedang berdoa,
“Aku adalah singa Allah dan singa Rasul-Nya. Wahai Allah, aku berlepas diri kepadaMu dari perbuatan orang-orang musyrik, aku memohonkan ampunanMu atas apa yang dilakukan oleh mereka (kaum muslim) atas Abu Sufyan dan teman-temannya (yakni melarikan diri dari musuh).”
Setelah itu, ia terjun lagi dalam pertempuran, menghadang pasukan musyrikin walaupun keadaannya tidak berimbang, pasukan musuh terlalu banyak. Setiap orang musyrik yang mencoba mendekati dan memeranginya pasti terbunuh.
Saat itu, Wahsyi mencoba mendekati sambil bersembunyi di balik pohon dan batu-batuan. Tiba-tiba muncul Siba bin Abdul Uzza, Hamzah langsung menyongsongnya sambil berkata, “Mendekatlah padaku, hai anak lelaki wanita tukang khitan.”
Ketika Hamzah sedang sibuk melawan dan menyerang Siba, Wahsyi bersiap menggerak-gerakkan tombaknya. Saat Hamzah sedang memukul kepala Siba dengan pukulan yang bisa menghancurkan kepalanya, Wahsyi melemparkan tombaknya ke arah Hamzah dan mengenai pinggang bagian bawahnya dan tembus di antara dua pahanya. Hamzah mencoba mengejarnya, tetapi jatuh dan syahid seketika.
Wahsyi mengambil tombaknya, mencabutnya dari tubuh Hamzah dan kembali ke kemahnya sambil menunggu peperangan usai. Ia memang tidak punya kepentingan dengan pertempuran itu. Niatnya membunuh Hamzah hanya untuk kemerdekaan dirinya dari perbudakan, dan juga hadiah yang dijanjikan oleh Hindun binti Utbah.
BACA JUGA: Nabi Idris, Singa dari Segala Singa
Usai perang, Nabi SAW mencari jenazah Hamzah dan sahabat yang melihat Hamzah tadi mengantar beliau ke dekat pohon dimana Hamzah berdoa. Ketika melihat jenazahnya yang ditoreh, diiris bahkan dirusak itu, beliau menahan nafasnya sehingga tersengal-sengal, dan beliau bersabda, “Kafanilah jenazahnya.”
Lalu bangkitlah seorang lelaki Anshar dan memberikan pakaiannya untuk dibuat kafan jenazah Hamzah. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Penghulu para syuhada di sisi Allah pada hari kiamat adalah Hamzah.”[]
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar