SAAT ini banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan terletak pada harta yang berlimpah, kedudukan yang tinggi, atau kepopuleran. Mereka menganggap ketiga hal ini akan mampu mengatarkan seseorang mencapai kebahagiaan, kesenangan, ketenteraman, dan ketenangan dalam hidup. Nyatanya tidak demikian.
Menganggap harta, jabatan dan ketenaran bisa membuat bahagia adalah anggapan yang sangat dangkal dan keliru. Tak jarang anggapan ini sering kali menyeret orang terjatuh ke jurang keputusasaan. Bunuh diri, menjadi gila, terjadinya pembunuhan, pelacuran, perampokan, pencurian, penjambretan, perjudian, dan berbagai macam kejahatan lainnya dipicu oleh keputusasaan ini.
BACA JUGA: Bagaimana Cara Taubat Orang Murtad?
Tidak cukup sampai di situ, seseorang akan terbawa untuk melakukan tindakan-tindakan yang menghancurkan keyakinannya sampai ke tingkatan kufur kepada Allah ‘azza wa jalla, seperti murtad, memelihara jin alias tuyul, dan melakukan praktik-praktik perdukunan.
Anggapan yang salah tersebut seringkali menjadikan orang lupa daratan, mengkhayal kalau dirinya sedang terbang ke angkasa dan bisa meraih segala apa yang diimpikannya, padahal dia berada dalam kerendahan dan kehinaan karena menjadi budak dunia.
Tidak sedikit pula yang kemudian menjadikan agama sebagai barang dagangan yang menjanjikan. Sudah masyhur, di tengah kita sederetan nama penyanyi, pelawak, bintang film, tiba-tiba menjadi dai kondang yang menyampaikan ilmu agama.
Dengan anggapan ini pula, tidak jarang seseorang yang sebelumnya berjalan di atas kebenaran menjadi goncang, lalu sedikit demi sedikit meninggalkan kebenaran, dan akhirnya menjual kekokohannya di atas al-haq dengan harga murah.
Sungguh, betapa meruginya mereka. Itulah ucapan yang keluar dari lisan nabi kita Muhammad SAW,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَم وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
“Telah celaka budak dinar, telah celaka budak dirham, telah celaka budak pakaian yang polos, dan telah celaka budak pakaian yang bermotif, jika diberi, dia ridha; apabila tidak diberi dia tidak ridha.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah ra no. 5955)
فَوَاللهِ، الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم
“Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan menimpa kalian, namun yang mengkhawatirkanku adalah dibentangkannya atas kalian dunia sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orag sebelum kalian sehingga kalian berlomba-lomba (mengejarnya) sebagaimana mereka dan akhirnya membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. al-Bukhari no. 2924 dan Muslim no. 5261 dari ‘Amr bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu)
Abu ad-Darda ra berkata,
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ وَنَحْنُ نَذْكُرُ الْفَقْرَ وَنَتَخَوَّفُهُ فَقَالَ: أَالْفَقْرَ تَخَافُونَ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتُصَبَّنَّ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا صَبًّا حَتَّى يُزِيغَ قَلْبَ أَحَدِكُمْ إِزَاغَةً إِ هِيَهْ
“Telah keluar Rasulullah SAW kepada kami dan kami sedang mengingat kefakiran yang mengkhawatirkan kami. Beliau bersabda, ‘Kefakirankah yang kalian khawatirkan? Demi Allah, yang jiwaku berada di tangannya, benar-benar akan dituangkan kepada kalian dunia sehingga tidak akan tersesat hati salah seorang kalian kecuali dengannya (dunia)’.” (HR. Ibnu Majah no. 5 dari Abu ad-Darda ra dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 9 dan Silsilah ash-Shahihah no. 688)
Orang-orang miskin dan fakir berlomba mengejar dunia kemudian menjadi orang yang kaya dan bisa berbuat apa saja, sesungguhnya merupakan salah satu tanda hari kiamat yang telah diberitakan oleh Rasulullah SAW dalam hadits sahih,
وَإِذَا كَانَتِ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رِعَاءُ الْبَهْمِ فِي الْبُنْيَانِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، فِي خَمْسٍ يَعْلَمُهُنَّ إِ اللهُ
“Jika seseorang yang dahulunya telanjang (tidak berpakaian) dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin maka itulah sebagai tanda hari kiamat, dan bila para penggembala kambing berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan maka itu pula menjadi tanda-tandanya dalam lima perkara yang tidak ada mengetahuinya kecuali Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim no. 9 dari Umar ibnul Khaththab dan no. 10 dari Abu Hurairah, dan ini lafadz Abu Hurairah). []
SUMBER: ASYSYARIAH