Oleh: Tegar Dovianda Putra
SEBAGAI orangtua kita wajib menanamkan Tauhid yang lurus kepada anak-anaknya. Pasalnya Tauhid itu ibarat pohon, jika akarnya kuat maka pohon tersebut akan mampu berdiri kokoh meski diterpa angin kencang sekali pun.
Allah SWT berfirman:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ ۙ
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim: 24)
BACA JUGA: Suami Sibuk Kerja Tanpa Perhatikan Istri dan Anak-anaknya, Bagaimana?
Seperti itulah ketika seorang muslim melakukan amalan dengan pondasi Tauhid. Tauhid yang baik akan menghasilkan amalan dan akhlak yang baik, yang kelak akan menghasilkan buah kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Orang yang bertauhid memiliki kontrol atau pengawasan ruh yang kuat. kontrol pengawasan ada dua, di antaranya: kontrol spiritual/ruh, kontrol fisik.
Salah satu cara menanamkan kontrol ruh kepada anak yakni melalui kisah, seperti: (kisah di dalam Alquran, kisah nabi, sahabat dan para ulama)
Penanaman tauhid merupakan pondasi paling penting di dunia pendidikan islam, dan tauhid harus diajarkan sejak dini seperti keimanan kehidupan setelah kematian, adzab kubur, yaumul mizan, shirat.
Dan itu semua harus dihadirkan untuk anak-anak diawal pertumbuhan mereka agar mereka menghafalnya dan tertanam di dalam jiwa dan hati mereka. Selanjutnya dibuka sedikit demi sedikit ,sesuai dengan tahapan usia sang anak, agar anak berinteraksi secara baik dengan Allah .
Fitrah-fitrah tauhid sebenarnya telah ada dalam diri anak, maka tugas kita adalah menjaga fitrah itu dan terus menyiraminya hingga ia tumbuh kokoh
Allah SWT berfirman:
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ۙ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: Ayat 30)
Dan hadits dari nabi SAW
آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah ra berkata; Nabi SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”
Para ulama mengingatkan kita momentum mahal, ”Waktu dimana seorang anak mengharapkan jawaban dari orangtuanya merupakan waktu terbaik dan utama mengarahkan anak dan menanamkan fitrah dalam dirinya.
Tidak boleh mengabaikan pertanyaan-pertanyaan anak, khususnya yang berhubungan dengan aqidah, jangan mengira karena mereka masih sangat kecil lantas kita menjawab dengan jawaban sekedarnya bahkan asal-asalan.
Karena sesungguhnya fitrah telah terbangun dan terkait dengan Robb dan penciptanya diusia sangat awal. Semisal ”Kenapa hujan turun?” Maka kita kenalkan Allah sebagai sang Khaliq dan menjelaskan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada hambaNya.
Ajaklah anak mengamati atau mentadabburi ciptaan Allah, caranya dengan melihat, memperhatikan, menganalisanya, menyimpulkan dan mensyukuri.
Allah SWT berfirman:
يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
“(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
Kenalkan anak tentang muroqobatullah atau merasa diawasi oleh Allah. Selanjutnya adalah melatih ibadah-ibadah wajib bersama anak langsung dan menanamkan tauhid uluhiyah ,kisahkan pula kisah-kisah tauhid dan keutamaannya. Allah SWT berfirman:
لَـقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَ لْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَـرٰى وَلٰـكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّـقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf 12: Ayat 111)
Penanaman Tauhid menurut fase perkembangan anak adalah:
Usia 0-2 tahun: Talqin Komunikasi dengan kalimat thoyyibah (Pembiasaan)
BACA JUGA:Anak-anak Itu…
Usia 2-5 tahun:
- Mengajarkan ucapan kalimat thoyyibah (Talaqqi),
- Peneladanan ibadah, Menggendong anak ketika sholat
- Membaca dzikir dengan jahr (keras)
- Membaca Al quran dan memperdengarkan kepada anak
- Mengajak ketempat yang baik (Majlis ilmu)
- Mengaitkan segala sesuatu kepada Allah : (Ketika terjatuh, atau ketika mengalami peristiwa alam seperti hujan atau bencana)
5-12 tahun
- Penerapan Ibadah
- Karena usia Tamyis bisa membedakan baik buruk, mereka sudah bisa diberikan Amanah dan tetap untuk memberika kisah dan nasihat
13-15 Tahun
- Baligh
- Evaluasi dari penanaman tauhid
- Akhlak dan adab
- Ihsan
Tauhid adalah sebuah pondasi dasar pendidikan islam sebagaimana rasulullah mendidik para sahabat dengan tauhid sebelum mengajarkan Al qur’an
عن جندب بن عبد الله قال كنا مع النبى -صلى الله عليه وسلم- ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا »
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, “Kami telah bersama Nabi SAW, kami masih anak-anak yang berusaha baligh. Kami mengunjungi iman sebelum memulai Alquran. Lalu setelah itu kami menambah Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Alquran.” (HR. Ibnu Majah, no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Maka jika kita ingin berhasil dalam mendidik anak-anak kita , Wajib bagi kita mengikuti suri tauladan kita yaitu rasulullah, manusia terbaik didunia. Semoga Allah menjadikan anak-anak kita anak yang sholih dan sholihah dan semoga mereka dapat menjadi sfaya’at bagi kedua orangtuanya. []
SUMBER: WAHDAH