ASY-SYIFA atau dengan nama asli Laila binti Abdullah “Aku datang menemui Nabi ﷺ. Aku meminta sesuatu dari beliau. Beliau menyampaikan uzur karena beliau tidak memiliki apa yang kuminta. Aku mencela beliau (karena pada waktu itu dia tidak tahu mengapa Nabi tidak mengabulkan permintaannya).
Waktu shalat jamaah tiba. Aku keluar dan aku datang ke rumah putriku. Dia sedang bersama suaminya, Syurahbil bin Hasanah. Aku berkata kepada menantuku, `Waktu shalat berjamaah telah tiba dan kamu masih saja berada di rumah?’ Lantas aku mencela dia.
Dia berkata, `Wahai bibiku, jangan mencela aku. Sesungguhnya kami mempunyai baju, tetapi dipinjam oleh Rasulullah ﷺ.’
BACA JUGA: Ummu Aiman adalah Ibu Keduaku
Aku berkata, `Sesungguhnya aku telah mencelanya padahal seperti ini keadaannya, dan aku tidak menyadarinya.
‘Syurahbil berkata, `Tiadalah baju ini kecuali pakaian rumah yang kami menambalnya.”
Wanita itu memiliki perangai yang utama. Sangat sedikit wanita di masanya yang menyamai keutamaannya. Dia adalah wanita terpelajar dan cerdas, menekuni bidang terapi tubuh. Dia masuk Islam sebelum hijrah. Dia biasa meruqyah orang lain di masa jahiliyah.
Ketika dia berhijrah ke Madinah, dia menjumpai Nabi saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya ini biasa meruqyah dengan ruqyah jahiliyah. Saya ingin menunjukkannya kepadamu.”
Nabi saw. bersabda, “Perlihatkanlah itu.”
Perempuan itu memperlihatkannya kepada beliau. Dia memperagakan ruqyah mengatasi sengatan semut, yakni luka yang keluar dari pinggul dan bagian tubuh lainnya.
Nabi ﷺ. bersabda, “Ruqyahlah dengan itu dan ajarilah Hafshah untuk melakukannya.” (Al-Mustadrak al-Hakim 6890)
BACA JUGA: Kaum Wanita Mengira Pahala Amal Mereka Lebih Kecil Dibanding Kaum Pria
Wanita itu memiliki peran penting di lapangan pengajaran dan pengobatan luka serta penyakit lainnya. Oleh karena itulah Rasulullah saw. membuatkan rumah khusus baginya di Madinah sebagai penghargaan atas aktivitas sosialnya.
Dia tinggal di rumah itu bersama anaknya, Sulaiman. Rumah itu menjadi pusat keilmuan bagi para wanita. Di sanalah para istri dan anak perempuan muslimin mempelajari agamanya, sebagai tambahan dari membaca Al-Quran, membaca, dan mempelajari ilmu terapi kedokteran.
Salah satu guru pengajar majelis itu adalah sayidah Hafshah istri Rasulullah ﷺ.
Dari asy-Syifa’ binti Abdullah, dia berkata, “Rasulullah ﷺ. menemui aku, ketika aku sedang berada di rumah Hafshah. Beliau bersabda kepadaku, “Mengapa kamu tidak mengajari istriku ini ruqyah sebagaimana kamu mengajarinya menulis.” (Sunan Abu Dawud, 3889, shahih)
Para khalifah sepeninggal Rasulullah ﷺ itu sangat ingin memuliakan kedudukan asy-Syifa’ dan menghargainya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra. mendahulukan pendapat asy-Syifa’, menerima nasihatnya, mendahulukan kebutuhan dia, baik yang dia perlukan itu berupa pertolongan atau jasa baik.
Dia adalah seorang shahabat wanita terkemuka, asy-Syifa’ binti Abdullah al-Qurasyi al-‘Adawi. Ibunya adalah Fathimah binti Wahb bin Umar al-Makhzumiyyah. Dikatakan oleh sebagian ahli sejarah bahwa nama aslinya adalah Laila tetapi dia Iebih dikenal dengan gelar asy-Syifa’ yang artinya obat. []
Sumber: Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan/ Penulis: Ali bin Nayif asy-Syuhud/ Penerbit: Ar-Rijal Publishing/ April, 2013