PALESTINA–Pemimpin Hamas, Osama Hamdan telah menegaskan bahwa intifadhah batu dari hari ke hari berhasil membuktikan bahwa penjajah Israel lemah dan semua tirani tidak tahan menghadapi pengorbanan.
Hal tersebut ditegaskan Hamdan pada Rabu (9/12/2020) bertepatan dengan peringatan 33 tahun meletusnya Intifadhah Batu. Dia menegaskan bahwa Intifadhah tidak menemukan senjata kecuali batu setelah kekuatan militer revolusi Palestina dihancurkan pasca pasukan penjajah Israel menginvasi Lebanon dan setelah diluncurkan inisiatif dengan judul “tanah untuk perdamaian.”
BACA JUGA:Â Gaza Serukan Intifadhah Lawan Aneksasi Israel
“Intifadhah terjadi setelah orang-orang yang kalah dari bangsa Palestina dan orang-orang tamak yang mendukung musuh, mengira bahwa rakyat Palestina telah menyerah atau hampir menyerah. Kemudian rakyat Palestina, dengan darah dan daging mereka yang hidup, dengan tulang mereka yang suci dan batu-batu tanah mereka yang diberkati, menorehkan epik pertempuran. Segera setelah itu, revolusi yang diberkati ini meletus dan berkembang menjadi aksi jihad yang semakin besar,” papar Hamdan.
Hamdan menyatakan bahwa intifadhah telah membawa banyak pelajaran. Yang utama adalah kemauan yang tulus dan tekad yang serius yang mampu menghasilkan perubahan, apapun kekuatan dan daya musuh, dan apapun kekecewaan dan kelemahan teman.
BACA JUGA:Â Intifadhah I, Mulainya Perang Batu terhadap Israel di Palestina
Hamdan menambahkan bahwa Intifadhah membuktikan bahwa musuh lebih lemah daripada jaring laba-laba dan setiap tirani yang dibuat oleh musuh tidak mampu bertahan menghadapi kebenaran dan pengorbanan. Pasukan musuh pun tidak dapat memberikan keamanan.
Dia menyatakan bahwa intifadhah mengungkapkan karakter tipu daya yang dipraktikkan musuh terhadap revolusi rakyat Palestina dan menghiasinya seakan tidak ada jalan lain kecuali memberikan konsesi kepada penjajah dan berunding dengannya, serta agar tuntuk pada seuktunya dalam kejahatan dan agresi.
Hamdan berpendapat bahwa kondisi yang mendahului intifadhah di 87 serupa dengan kondisi di mana kita saat ini hidup. Dia melanjutkan, “Realitas hari ini mirip dengan apa yang terjadi pada saat itu; normalisasi dan kompromi dengan musuh, serta blokade dan kelemahan.” []
SUMBER: PALINFO