MUSLIM, Yahudi, dan Kristen memiliki banyak kesamaan dalam cara berdoa, di antaranya penggunaan frase “aamiin” atau “amin” untuk mengakhiri doa atau untuk menekankan frasa kunci dalam doa-doa penting.
Bagi orang Kristen, kata penutupnya adalah “amin,” yang mereka anggap tradisional berarti “jadilah itu.”
Bagi Muslim, kata penutupnya cukup mirip, meskipun dengan pelafalan yang sedikit berbeda.
Dari mana kata “amin” / “aamiin” berasal? Dan apa artinya?
BACA JUGA: Apa Hukum Ucapkan Aamiin dalam Shalat Sendirian?
Aamiin, juga diucapkan ahmen, aymen, amin atau amin, adalah kata yang digunakan dalam Yudaisme, Kristen dan Islam untuk menyatakan persetujuan dengan kebenaran Tuhan.
Kata ini diyakini berasal dari kata Semitik kuno yang terdiri dari tiga konsonan: A-M-N. Baik dalam bahasa Ibrani maupun Arab, kata dasar ini berarti jujur, teguh dan setia.
Kata ini biasa digunakan dalam Islam, Yudaisme, dan Kristen sebagai kata penutup untuk doa dan pujian. Ketika mengucapkan “amin,” para penyembah mengukuhkan keyakinan mereka akan firman Tuhan.
Ini adalah cara bagi orang beriman akan pengakuan dan persetujuan mereka kepada Yang Mahakuasa, dengan kerendahan hati dan harapan bahwa Tuhan mendengar dan menjawab doa-doa mereka.
Penggunaan “Aamin” dalam Islam
Dalam Islam, pelafalan “aamiin” dibacakan dalam shalat lima waktu di akhir setiap pembacaan Surat Al-Fatihah. Aamiin juga diucapkan dalam setiap doa.
BACA JUGA: Rahasia agar Doa Dikabulkan Allah SWT
Setiap penggunaan aamiin dalam doa adalah opsional (sunnah). Praktik ini didasarkan pada contoh dan ajaran Nabi Muhammad. Kepada para sahabat, Nabi mengatakan untuk mengatakan “aamiin” setelah imam selesai membaca Al-Fatihah, karena:
“Jika seseorang mengatakan ‘aamiin’ pada waktu itu bertepatan dengan para malaikat yang mengatakan ‘aamiin,’ dosa-dosanya yang sebelumnya akan diampuni.” (Al Bukhari)
Juga dikatakan bahwa para malaikat melafalkan kata “aamiin” bersama dengan mereka yang mengucapkannya selama shalat.
Ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan Muslim tentang apakah kita harus mengatakan “aamiin” selama berdoa dengan suara yang tenang atau suara yang nyaring.
BACA JUGA: Ungkapan ‘Aamiin’, Adakah dalam Al-Quran?
Selama doa pribadi atau berjamaah, kita sering mengucapkannya berulang kali. Misalnya, selama Ramadhan, imam akan sering mengucapkan doa menjelang akhir shalat malam.
Sangat sedikit orang Muslim berdebat tentang apakah “Aamiin” harus dikatakan dengan suara yang keras ataukah cukup dalam hati. Yang paling penting bagi kita adalah tidak memperuncing perbedaan pendapat ini.
Bukankah dalam masalah ikhtilaf, jika Anda salah Anda dapat 1 pahala, dan jika benar 2 pahala? Allahu alam. []