“PINJAM bukunya yaa mbak nanti aku balikin,” kata seseorang yang kebetulan lagi main ke rumahku. Sekilas aku baca judul depannya, oh aku gak begitu suka buku ini tulisannya juga agak sudah dimengerti. Lalu aku bilang, “oh ya, tak apa.” Dalam hati aku yakin gak dikembalikan, aku sudah terbiasa orang meminjam barang tapi tidak kembalikan.
Di lain waktu, ada seseorang lagi bantu beres-beres rumahku, lalu ketika pulang beliau bilang, Bu ustadzah, tadi saya lihat ada buku bagus karangan Ibnu Taimiyah, tebal sih bukunya boleh saya pinjam?” Lalu saya jawab, ” ma’af bu, saya masih pakai dan suka baca nanti saya kebingungan kalau saya perlukan.”
Ya kadang harus tega menolak, walau terhadap orang yang menganggap kita ustadzah nan baik hati dan suka menolong. Karena buku itu susah didapat dan aku masih suka baca.
“Fii, anakku pinjam buku anakmu yang ini dan ini yaa… nanti aku kemvbalikan.”n
Dengan wajah manis seorang temanku sudah mengusung tiga buku cerita babb.
BACA JUGA: Dampak Buruk Orang yang Suka Berutang
Aku tak anggap serius kata-katanya, karena aku tahu dia sibuk kerja dan rumahnya jauh.
Itu masih sebatas buku, cerita lain soal pinjaman kadang membuat hati kecewa.
“Mbak, dapur rumahku hanya tinggal sedikit lagi selesai renovasinya tapi tiba-tiba suamiku gagal dapat bonus dari kantor. Bisa pinjam sekian juta nanti aku kembalikan,” salah seorang sahabatku meminta tolong beberapa tahun lalu. Tetapi sampai sekarang aku sudah tak tahu dia ada dimana…
“Aduh, gawat sis… atm ku kok gak bisa dipakai ya, aku naksir banget sama sepatu itu. Aku pinjam uang kamu dulu ya, nanti aku kembalikan.” Dan sampai sekarang sudah 3 kali diingatkan jawabnya hanya “inshaa Allah” dengan lembut dan manis (maklum artis cantik sosialita, gak balikin uang aja wajahnya tetap manis).
“Mbak Fifi, aku cari rumah mbak susahhh banget, afwan mbak, bla bla bla… Intinya pinjam 8 juta untuk dagang dan akan dikembalikan sekian percen setiap bulan, dan sudah jalan 8 tahun tak ada kabar. Sampai sekarang suka ketemu tapi cuma di facebook.
Aku sudah tahu, ketika ada orang mengatakan pinjam uang atau pinjam ini itu tidak akan pernah dikembalikan. Hanya satu orang yang pernah mengembalikan sesuatu. Yaitu ketika pinjam Alquran, ketika waktu sholat tiba, ketika iqomah pasti di balikkan terutama di Masjidil Haram.
Ya, budaya pinjam-meminjam, itu mudah sekali tapi budaya mengembalikannnya itu yang susah sekali.
Sekarang kalau ada orang pinjam uang atau pinjam apapun aku gak mau pinjamkan, daripada hubungan silaturahmi rusak. Namun kalau ada rezeki lebih aku lebih baik ngasih saja seadanya uang, tentu tidak sebanyak jumlah yang ingin dia pinjam.
Aku tak paham, apakah enak hidupnya bila ada ganjalan-ganjalan yang tertunda.
BACA JUGA: Punya Utang tapi Kekayaannya Habis?
Rasulullah berkata, “Ya, orang mukmin akan masuk surga, Kecuali bila ada hutang, ruhnya akan tertaha…
“Jiwa (ruh) seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai terlunasi” [Hadits Riwayat At-Tirmidzi 1078 dan Ibnu Majah 2413, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 6779]
Yuk, berhutang.
Eh, yuk bayar hutang…[]