NABI Sulaiman adalah seorang nabi dan raja yang shaleh. Allah memberi mukjizat kepadanya sehingga dapat memahani bahasa binatang dan menundukkan bangsa jin. Beliau sangat berwibawa dan ditakuti semua anak buahnya.
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta singgasana kerajaan Bani Israil. Kakak Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya.
Ia beranggapan bahwa dialah yang sepatutnya menjadi putra mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fisiknya dan lebih muda usianya serta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia.
Karenanya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah mencampakkan haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Israil.
BACA JUGA:Â Kisah Nabi Sulaiman dan Seorang Lelaki yang Menghindari Malaikat Maut
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu.
Dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya.
Ia tidak jarang memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahwa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Israil dan bahwa ia telah berhasil memikat hati sebagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahwa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana merampas kekuasaan dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa.
Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahwa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Israil menggantikan Nabi Daud ayahnya.
Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Israil menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya.
Keadaan kota menjadi kacau-balau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan putranya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan.
Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun.
Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan.
Sementara Nabi Daud melakukan munajat kepada Allah ï·» di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negrinya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan putranya yang durhaka itu.
BACA JUGA:Â Nabi Daud dan Seekor Cacing yang Senantiasa Bertasbih pada Allah
Setelah bermunajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap putranya. Dan dikirimkanlah pasukan tentara dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Israil dari tangan Absyalum.
Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai Absyalum, putranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup.
Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang Nabi Daud inginkan bagi putranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Israil selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya. []
Sumber: Kisah Hikmah Islami Terbaik/ Turi Putih, 2018