Oleh: Ustaz Mukhtar Ibnu Rifai
QADARIYAH dan jabariyah adalah ideologi yang menyimpang dari akidah Ahlussunnah yang berada dipertengahan. Kedua pemikiran ini wajib dihindari setiap Muslim jika ia tidak ingin termasuk pada kesesatan. Qadariyah adalah paham yang meyakini manusia berdiri sendiri dalam perbuatannya, tidak ada kaitannya antara perbuatan dia dengan masyi’ah dan khalq Allah SWT dan mengingkari takdir.
Sedangkan Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
BACA JUGA: Siapa Mirza Husein Ali? Penyebar Paham Sesat Baha’i
Qadariyah dan jabariyah adalah pemikiran yang mungkin saja dimiliki individual (orang per orang). Mungkin kita kesulitan untuk menemukan sebuah lembaga atau gerakan resmi yang terang-terangan mengusung paham qadariyah maupun jabariyah. Maka dari itu, setiap muslim dan muslimah haruslah waspada terhadap faktor-faktor penyebab kesesatan.
Ada beberapa faktor penyebab munculnya pemikiran qadariyah dan jabariyah. Di antaranya adalah:
1 Mengiyaskan perbuatan Allah SWT dengan perbuatan makhluk
Mereka menganggap perbuatan baik pada makhluk adalah baik pada perbuatan Allah SWT. Mereka juga beranggapan, sesuatu yang tercela pada perbuatan makhluk berarti tercela juga pada perbuatan Allah SWT. Menurut mereka, keadilan adalah terpuji, kezaliman adalah tercela. Lalu, mereka menafsirkan keadilan dan kezaliman yang ada pada makhluk sama berlakunya pada hak Allah SWT.
Misalnya, kemaksiatan dan kekufuran. Menurut mereka, perbuatan Allah SWT menciptakan kemaksiatan dan kekufuran adalah kezaliman, sebab hal itu adalah kezaliman jika dilakukan oleh manusia.
Syaikh Shalih Alu Syaikh berkata, “Hal ini hakikatnya merupakan faktor terbesar munculnya kesesatan dalam masalah ini (takdir dan qadha).”
2 Tidak dapat membedakan antara iradah syar’iyah dengan iradah kauniyah
Mereka beranggapan, iradah syar’iyah dan iradah kauniyah adalah dua hal yang sama. Mereka mengatakan bahwa Allah SWT tidak mencintai adanya kekufuran, maka tidak mungkin kekufuran itu dapat terjadi pada makhluknya.
3 Memberikan ruang bagi akal dalam hal menentukan baik dan buruk
Menurut mereka, perbuatan Allah SWT yang dinilai oleh akal baik, maka baik. Jika dinilai buruk oleh akal, perbuatan Allah SWT tersebut pun buruk.
4 Membahas tentang perbuatan-perbuatan Allah SWT, namun tidak disertai sikap tunduk dan patuh terhadap kemauan Allah SWT
BACA JUGA: Kepakaran Imam Hanbali dalam Ilmu Hadits
Mereka juga selalu bertanya-tanya, “Mengapa Allah SWT berbuat demikian? Mengapa Allah SWT melakukan hal tersebut? Mengapa Allah SWT menentukan seperti ini?”
Allah SWT berfirman, “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. al-Anbiya’: 23)
Asy-Syaikh Shalih Alu Syaikh mengatakan, “Oleh karena itu, bentuk pertanyaan ‘mengapa’ adalah sebab munculnya kesesatan kalangan jabariyah, qadariyah, serta kelompok yang ragu dan bimbang. Mereka mengingkari syariat, tersesat, dan terjauhkan, karena membahas tentang takdir (secara batil).” (Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyah, Shalih Alu Syaikh, hlm. 541—546)
Hanya dengan mengembalikan kepada Alqurn dan as-Sunnah serta pemahaman ulama salaf, permasalahan takdir akan menjadi terang, jelas, dan mudah. Sesungguhnya, tidak ada kemudahan dan petunjuk melainkan yang dimudahkan dan ditunjukkan Allah SWT. Wal ‘ilmu ‘indallah. []
SUMBER: ASYSYARIAH