NABI Nuh termasuk ulul ‘azmi (gelar yang diberikan kepada para rasul karena ketabahannya dalam berdakwah). Ia juga dianggap sebagai abu al-basyar ats-sani (bapak manusia kedua). Sebab, Nabi Nuh as. adalah orang yang meneruskan kehidupan manusia sampai sekarang setelah peristiwa banjir bandang tersebut.
Allah memuji perjuangan dan keteguhan dakwah Nabi Nuh as., mengecam keingkaran dan kezaliman kaumnya, serta menimpakan azab kepada mereka yang diabadikan dalam beberapa surat al-Qur’an, seperti: al-A‘raf, Hud, al-Anbiya’, al-Mu’minun, asy-Syu‘ara’, al-‘Ankabut, as-Saffat, al-Qamar, an-Nisa’, al-An‘am, at-Taubah, Ibrahim, al-Isra’, al-Ahzab, Sad, asy-Syura, Qaf, az-Zariyyat, al-Hadid, dan at-Tahrim (hlm. 76-81).
BACA JUGA: Nabi Nuh Bikin Bahtera Lebih dari 40 Tahun, Ini 11 Fakta Lainnya!
Bahkan nama Nabi Nuh as. sendiri diabadikan menjadi salah satu nama surah al-Qur’an yang secara khusus menceritakan perjuangan dakwah Nabi Nuh as. dan kaumnya yang kafir, durhaka, dan zalim (Nuh (71): 1-28).
Selain itu, Allah memuji Nabi Nuh as. sebagai ‘abdan syakura (hamba yang banyak bersyukur), sebagaimana disebutkan dalam al-Isrâ’ (17): 3. Sebab, beliau senantiasa bersyukur kepada Allah, baik menyangkut makanannya, minumannya, pakaiannya, dan semua urusannya.
Kemudian, ketika mau wafat, Nabi Nuh as. berpesan kepada anak-anaknya agar mengerjakan dua hal dan meninggalkan dua hal. Dua hal yang harus dikerjakan adalah:
Pertama, senantiasa membaca dan berpegang teguh kepada la ilaha illallah: “tiada Tuhan selain Allah”.
Sebab, seandainya langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis disatukan dan kemudian ditimbang dengan la ilaha illallah, maka masih lebih berat la ilaha illallah. Selain itu, seandainya langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis menyatu dan membentuk lingkaran yang kokoh, maka la ilaha illallah bisa memutus dan menghancurkannya.
Kedua, senantiasa membaca dan berpegang teguh kepada subhanallah wa bi hamdihi “Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya”. Sebab, kalimat subhanallah wa bi hamdihi merupakan hubungan (koneksi) segala sesuatu kepada Allah dan dengan subhanallah wa bi hamdihi ini pula Allah memberikan rezeki kepada seluruh makhluk.
Adapun dua hal yang harus ditinggalkan adalah: pertama, syirik. Kedua, sombong. Menurut Rasulullah saw., sombong di sini bukan karena memakai pakaian mewah, atau memiliki banyak perhiasan, atau mengenderai kendaraan mewah, atau memiliki teman dan relasi yang banyak. Namun, yang dinamakan sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.
BACA JUGA: Ujian Nabi Nuh Datang Melalui Sang Istri
Salah satu sumber maksiat adalah sombong. Perbuatan ini dilakukan pertama kali oleh iblis yang tidak mau melaksanakan perintah Allah, yaitu bersujud kepada Nabi Adam as. Iblis menolak perintah Allah tersebut karena merasa lebih baik daripada Nabi Adam as.
Sehingga ia dilaknat sampai hari kiamat karena kesombongannya. Sebab, kesombongan hanyalah milik Allah semata. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Fawa’id al-Mukhtarah (2008: 406).
Keempat wasiat Nabi Nuh as. ini mengajarkan dua hal, yaitu: menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. []