DALAM Alquran, penciptaan langit selalu didahulukan sebelum menyebut penciptaan bumi. Misalnya surat Ali Imran ayat 190 yang memuat penjelasan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kekuasan Allah yang hanya diketahui oleh Ulul Albab; orang-orang yang mempunyai kecerdasan berlapis-lapis, yang senantiasa berdzikir dan berpikir.
Contoh lainnya dalam surat Yasin ayat 81 dan surat Ghafir ayat 57 yang memberi rangsangan kepada akal manusia untuk menggunakan logika qiyas al-awlaa. Bahwa jika menciptakan langit dan bumi yang begitu besarnya Allah mampu, apalagi sekedar menciptakan manusia, mematikan, dan menghidupkannya. Itu perkara yang kecil dan terlalu mudah untuk Allah lakukan.
BACA JUGA: Keajaiban Penciptaan Langit (1)
Dari sini dapat disimpulkan bahwa langit adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat agung. Langit selalu disebut ketika Allah hendak menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Begitu juga halnya ketika Dia memperingatkan kepada manusia bahwa ajal mereka (hari kiamat) telah dekat. Sebagaimana tercantum dalam surat Al-A’raf ayat 185.
Inilah kenapa Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi mengatakan bahwa menatap langit termasuk ibadah. Karena menatap langit artinya menyaksikan salah satu tanda kebesaran, keperkasaan, dan kekuasaan Allah. Dalam kitab “At-Tafsir wal Bayan” Syaikh Ath-Tharifi menulis sepuluh faidah dan hikmah yang sangat luar biasa ketika seseorang menengadahkan wajah ke langit, berikut penjelasan 10 faidah menatap langit:
Pertama: tafakkur (berpikir), tadabbur (merenung) dan i’tibar (mengambil pelajaran). Yakni, dengan mendongakkan wajah ke atas melihat langit luas, secara otomatis, konsentrasi akan tertuju pada objek yang dilihat mata. Baik itu dilakukan ketika siang atau malam, langit selalu memberi ilham kepada orang-orang yang mau berpikir, bahwa alam semesta ini sangat mengagumkan, indah, dan memesona. Ada banyak rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang dapat diungkap di atas sana.
Kedua: menunjukkan hajat, kefakiran, dan kelemahan diri. Secara ekspresif, meski tidak diucapkan dengan lisan, orang yang mengarahkan mukanya ke langit, berarti mengakui bahwa di atas sana ada kekuatan maha dahsyat. Ia mengharapkan datangnya pertolongan pada kekuatan itu.
Menurut penelitian, secara psikis, ada ketenangan tersendiri yang menyelinap masuk ke dalam jiwa seseorang saat ia melihat langit. Maka, bagi siapa pun yang sedang dirundung masalah, ketika dadanya merasa sesak-terhimpit berbagai ujian hidup yang datang bertubi-tubi, cobalah untuk memandang birunya cakrawala. Meski tidak ada jaminan bahwa masalah akan terselesaikan dengan cara sesederahana ini, tetapi, setidaknya hati akan lebih tenang dan pikiran akan lebih jernih. Sedikit demi sedikit, terbukalah jalan keluar dari lilitan masalah yang sedang dihadapi.
Ketiga: berbaik sangka kepada Allah. Seakan-akan, insan yang menatap langit, sedang menanti datangnya berita baik dengan penuh rasa harap. Hal inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berhusnudzhan kepada Rabbnya, dan ada rasa optimis dalam jiwanya, bahwa cepat atau lambat, apa yang diinginkan, pasti Allah kabulkan.
BACA JUGA: Detik Terakhir Kehidupan Nabi, Tatkala Kabar dari Langit Telah Terputus
Keempat: mentauhidkan Allah dalam perkara Rububiyah dan perkara Uluhiyah. Maksud dari Rububiyah adalah; perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Seperti memberi rezeki, menciptakan, menghidupkan, mematikan, serta mengatur tatanan alam semesta ini. Sedangkan pengertian Uluhiyah adalah; perbuatan-perbuatan hamba yang seharusnya ditujukan untuk Allah semata.
Jadi, dengan melihat langit yang merupakan tanda-tanda keagungan-Nya, fitrah mengakui keesaan Khaliq akan tumbuh. Sebab, mustahil kiranya, alam semesta ini dengan segala sistemnya yang rumit, diatur oleh dua Tuhan.
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya di langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22)
Kelima: bertambahnya keimanan dengan menyaksikan kekuasaan Allah, keagungan ciptaan-Nya, dan kesempurnaan kreasi-Nya. Rasa takjub yang muncul saat seorang mukmin melihat angkasa raya, akan membuatnya semakin yakin bahwa Dia Yang mampu menicptakan semua kehebatan ini, adalah Dzat yang maha segala-galanya. Tidak ada lagi keraguan sedikit pun di dalam hatinya akan adanya Allah. Dengan demikian, jika stamina iman bertambah, semangat ibadah pun semakin menggebu-gebu. []
SUMBER: DAKWAH ID
BERSAMBUNG ke bagian-2