SEBAGAI seorang Muslim sudah seharusnya kita mampu menjaga lisan agar tidak terjerumus dalam perbuatan setan. Salah satunya adalah suka mencela. Biasanya orang yang suka mencela juga suka mencaci, mengutuk dan berkata-kata kotor. Kesemuanya merupakan hasil dari sikap dan cara berpikir yang negatif.
Bila seseorang memikirkan tentang aspek negatif orang lain, maka otaknya akan menangkap sinyal informasi dan langsung merespons dengan membuka ‘file. yang menyimpan pikiran negatif tersebut dalam ruang memori. Ia menganalisa dan membandingkannya dengan pikiran lain yang serupa dan telah tersimpan dalam memorinya. Selanjutnya ia mencari data-data yang mendukung dan memperkuat pikiran tersebut serta melemahkan informasi lain yang tidak sesuai, karena akal manusia hanya bisa memikirkan satu hal dalam satu waktu.
BACA JUGA: Pahala Habis karena Lisan yang Buruk di Sosial Media
Misalnya ada sahabatmu melakukan perbuatan yang membuatmu sangat kecewa. Kekecewaan akan mendorongmu berpikiran negatif. Pikiranmu langsung membuka file-file negatif tentang dia yang ada dalam memori otak. Kamu melihat begitu banyak kekurangan, kesalahan, aib, dan hal-hal negatif lainnya yang ada padanya. Kamu telah fokus melihat sisi negatif yang berakibat melemahkan informasi lain yang bersifat positif. Orang yang lemah imannya melampiaskan kekecewaan dalam bentuk ucapan dan perbuatan negatif.
Larangan mencela dan mencaci sesama Muslim
‘Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah SAW mencaci maki seseorang dan juga tidak melipat bajunya. Mencaci maki adalah hal tercela, dan Rasulullah SAW memerintahkan kita menghindari mencaci maki karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang mencaci dan mengumpat. Bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa “Mencaci orang Muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran.”
Abu Hurairah RA berkata: “seorang laki-laki yang terbukti minum khamr dihadapkan kepada Rasulullah SAW, beliau menjatuhkan hukuman pukul kepadanya. Maka di antara kami ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, dan ada pula yang memukul dengan bajunya. Setelah selesai mendapatkan hukuman, ia pun beranjak pergi. Saat itu ada sahabat yang berkata, “Semoga Allah menghinakanmu.” Mendengar ucapan itu Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian memakinya – mengatakan itu – janganlah kalian membantu setan.” (HR Bukhari)
BACA JUGA: Mencaci Orang Tua Orang Lain Sama dengan Mencaci Orang Tua Sendiri
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab; ‘Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.’ Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.’” (HR. Muslim) []
SUMBER: TUNTUNAN ISLAM