HALIMA Aden baru-baru ini membuat keputusan berani untuk mengungkapkan kebenarannya tentang bagaimana dia harus berkompromi di industri fashion terkait dengan hijab dan keyakinannya. Dia bahkan mengatakan siap meninggalkan dunia fashion yang melambungkan namanya jika bisnis itu tidak memberinya kesempatan untuk berhijab sesuai dengan syariat yang dipegangnya.
Dalam sebuah wawancara, wanita berusia 23 tahun itu merefleksikan pengalaman positif di industri fashion, dan pengalaman lain soal bagaimana dia dituntut mengkompromikan keyakinannya, terutama soal hijab dan waktu shalat selam bergelut di dunia fashion.
Halima Aden, telah mencatat kesuksesan sebagai hijaber pertama yang dikenal sebagai super model di AS. Dia juga mencatat sejumlah sukses sebagai hijaber pertama dalam berbagai hal terkait fashion.
Dia telah menjadi hijaber pertama yang bersaing dalam ajang Miss Minnesota, menjadi model berjilbab pertama untuk IMG, jadi model berhijab pertama yang memakai burkini di sampul Sports Illustrated, dan debutnya saat jadi hijaber pertama yang tampil sebagai cover majalah Vogue.
Aden juga tercatata pernah bekerjasama sebagai model di sejumlah brand terkenal seperti Elle, CR Fashion Magazine dan berjalan untuk desainer seperti Alberta Ferrertti dan Max Mara. Aden memecahkan banyak rekor sebagai wanita berhijab di dunia fashion.
Baru-baru ini, dia bahkan mengumumkan untuk bersaing di kontes Miss World 2020 sebagai perwakilan pertama dari negara kelahirannya yakni Somalia. Jika lolos, itu artinya Aden akan jadi kontestan berhijab pertama di Miss World 2020.
“Semua ‘PERTAMA’ lainnya telah mempersiapkan saya untuk panggilan sejati saya,” katanya, “Saya akan menjadi Miss Somalia Pertama di panggung Miss Universe. Rekan kontestan, bersiaplah karena AKU DATANG.”
Dalam wawancara dengan Emirates Women, Aden mengaku, tak mudah menjalani segala sesuatunya sebagai yang pertama kali.
“Menjadi yang pertama tidaklah mudah,” akunya, “Orang-orang pada dasarnya takut pada hal yang tidak diketahui sehingga meskipun Anda mengambil langkah itu untuk menjadi yang pertama, beberapa tidak akan pernah mengerti atau setuju dengan Anda. Bagi saya, saya tahu menjadi yang pertama tidak ada artinya jika tidak ada yang kedua, ketiga, keempat.”
Aden juga mengungkapkan betapa seriusnya dia menjadi panutan bagi banyak wanita muda lainnya di seluruh dunia.
“Menjadi panutan penting bagi saya, tidak hanya bagi gadis-gadis muda di komunitas Muslim atau Somalia, tetapi juga bagi mereka yang dapat berhubungan dengan bagian mana pun dalam cerita saya,” katanya.
BACA JUGA: Lawan Bullying, Halima Aden: Hijabku Tak akan Kulepas Selamanya
“Saya merasa sangat beruntung berada di posisi ini dan meskipun memiliki tanggung jawab yang sangat besar, pada akhirnya, hal terbaik yang dapat saya lakukan adalah melakukannya dan menjadi diri saya sendiri.”
Halima Aden lahir di kamp pengungsi Kakuma di Kenya. Dia dan keluarganya selamat dari perang saudara di Somalia dan berstatus sebagai pengungsi hingga pindah ke Amerika Serikat pada usia enam tahun.
Aden bersekolah di Apollo High School. Disana dia terpilih untuk pertama kalinya sebagai ‘ratu from night’.
Aden melanjutkan studi sebagai mahasiswa di Universitas Negeri St. Cloud.
Dia kemudian menjadi semifinalis Miss Minnesota USA 2017.
Kini, Aden tak hanya dikenal sebagai supermodel berhijab kelas dunia. Dia juga merupakan aktivis kemanusiaan yang tak melupakan akar budaya dan tanah airnya, Somalia.
Pada 2018, Aden menjadi duta UNICEF dan pekerjaannya berfokus pada hak-hak anak. []
SUMBER: EMIRATES WOMEN | THE SOUTH AFRICAN