JUMLAH penduduk dunia saat ini kurang-lebih sebanyak 7,2 miliar jiwa dan diperkirakan angkanya akan naik hingga 8,5 miliar jiwa pada tahun 2030. Jumlah populasi manusia ini akan terus bertambah dari masa ke masa sejak diciptakannya manusia pertama oleh Allah SWT.
Manusia pertama yang Allah SWT ciptakan adalah Nabi Adam AS dan Hawa. Awalnya, Allah SWT menempatkan mereka di surga.
Akan tetapi, setan terus berusaha merayu Nabi Adam dan Hawa untuk melanggar larangan Allah, yaitu mendekati pohon khuldi, bahkan mereka memakan buahnya. Adam dan Hawa kemudian diturunkan ke bumi dengan terpisah.
BACA JUGA: Dimana Lokasi Nabi Adam Diturunkan?
Ibnu Khaldun, dalam kitab Muqaddimah-nya menulis tentang sebuah masjid di salah satu provinsi di India bernama masjid Adam AS. Beberapa riwayat memang mengatakan bahwa Nabi Adam memang diturunkan di India, sementara Hawa diturunkan di Mekah.
Nabi Adam AS pun mencari istrinya, hingga mereka dipertemukan oleh Allah di Arafah. Sejak saat itu, keduanya menjadi manusia pertama yang tinggal di muka bumi.
Kehidupan Adam dan Hawa pada mulanya tanpa masalah berarti. Setiap kehamilan, Hawa selalu melahirkan sepasang bayi kembar, laki-laki dan perempuan.
Masalah yang cukup rumit muncul ketika anak-anak mereka, khususnya dua anak laki-laki dari kehamilan pertama dan kedua, Qabil dan Habil, beranjak dewasa dan sudah waktunya menikah.
Nabi Adam AS kemudian berdoa meminta petunjuk. Apa yang harus dia lakukan dengan anak-anaknya yang telah beranjak dewasa. Allah SWT menyuruh Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang. Qabil menikah dengan saudara perempuan Habil, Habil menikah dengan saudara perempuan Qabil.
Dalam kitab tafsir Bahrul ‘Uluum karya Abu al-Laits Nashr as-Samarqandi disebutkan, saudara perempuan Qabil bernama Iqlima, dan saudara perempuan Habil bernama Labudza.
Qabil ingin menikahi saudara perempuannya sendiri dan tidak ingin menikah dengan saudara perempuan Habil. Nabi Adam pun meminta Qabil dan Habil mengajukan kurban. Siapa yang kurbannya diterima, hendaknyalah yang akan dituruti.
Allah SWT menceritakan kisah kedua anak Adam ini dalam firmannya,
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh, aku pasti membunuhmu!’ Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.
Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Rabb seluruh alam. Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.’ Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi,”(QS. Al-Ma’idah: 27-31).
BACA JUGA: 2 Pertemuan Nabi Adam dengan Malaikat Maut
Dalam kitab al-Kasyf wal Bayaan, karya Abu Ishaq Ahmad an-Nisaburi ditulis, sekitar lima tahun setelah Habil terbunuh, Hawa melahirkan seorang anak yang diberi nama Syits, artinya hadiah dari Allah. Sebagai ganti Habil yang telah tiada. Dari keturunan syits inilah asal mula dari kedua puluh lima nabi dan rasul yang disebutkan dalam al-Qur’an.
Tidak ada keterangan pasti dalam al-Qur’an berapa jumlah anak yang dilahirkan oleh Hawa. Sementara di beberapa kitab sejarah dan tafsir memuat beragam jumlah, dari ratusan hingga ribuan orang, karena usia hidup Adam dan Hawa yang sangat panjang.
Setelah pembunuhan terhadap Habil. Sebagian riwayat menyatakan bahwa Qabil diusir oleh Nabi Adam. Dia pergi ke arah negeri Irak, menyendiri dan terus merenung. Iblis pun datang dan berbisik kepadanya, “Kurban Habil diterima karena dia menyembah api dan melayaninya. Maka buatlah api untuk kau sembah dan anak keturunanmu.”
Qabil pun menjadi manusia pertama yang menyembah api. Dia mati dibunuh oleh anaknya sendiri dan anak keturunannya menjadi para pelaku maksiat.
Selanjutnya diriwayatkan bahwa pada saat terjadi banjir Nabi Nuh (Nuh adalah cicit Nabi Idris AS, dan Nabi Idris merupakan generasi kelima dari keturunan syits bin Adam) semua keturunan Qabil menajdi korban, karena mereka adalah golongan yang memang dimusnahakan.
Pendapat dari beberapa sejarawan dan arkeolog modern menyatakan, bahwa banjir Nabi Nuh tidak menjangkau seluruh permukaan bumi, sehingga terdapat banyak anak keturunan Nabi Adam di berbagai tempat yang tidak terjangkau bencana dahsyat itu dan mereka tetap melanjutkan keturunan.
BACA JUGA: Agar Anaknya Tak Alami Penyesalan, Nabi Adam Wasiatkan 5 Hal Ini kepada Syits
Ada banyak anak Nabi Adam yang kisah hidup mereka tidak dimuat dalam al-Qur’an, as-Sunnah, maupun kitab-kitab sebelum al-Qur’an. Mereka tersebar di berbagai belahan dunia. Periode Nabi Nuh mungkin menjadi awal mula manusia mengenal pelayaran, sehingga penyebaran mereka ke berbagai belahan dunia menjadi lebih mudah.
Penelitian oleh para ahli sejarah menyatakan bahwa migrasi umat manusia telah terjadi puluhan bahkan ratusan ribu tahun sebelum masehi, dari berbagai wilayah di Afrika dan Asia ke berbagai penjuru dunia.
Allah SWT mungkin sengaja tidak menceritakan jumlah dan kisah hidup, dan hanya menceritakan sebagian saja, supaya menjadi “pekerjaan rumah” bagi manusia, khususnya para sejarawan, peneliti, dan arkeolog, untuk melacak jejak mereka dengan seluruh kemampuan, dan kecanggihan teknologi yang mampu mereka capai. []
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012