AKHLAK memang PR utama bagi sebagian orang ber-ilmu. Sebagai contoh di saat seseorang memiliki ilmu tentang Tauhid dan Sunnah maka setan tidak akan memberi godaan besar untuk berbuat Syirik dan Bid’ah, melainkan akan lebih memprioritaskan untuk merusak Akhlak orang tersebut.
Setan akan senantiasa mengerahkan segala cara menjerumuskan orang berilmu dengan menanamkan sifat kasar pada keluarga, acuh pada sesama, sombong pada tetangga, hasad pada orang lain dan berbagai macam akhlak buruk lainnya.
Semua upaya jahat ini sejalan dengan ikrar setan sendiri tatkala Allah usir mereka dari surga, yakni akan selalu menghalangi kita dari jalan kebaikan.
BACA JUGA: Harus Diingat, Inilah 6 Adab Menuntut Ilmu
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Karena Engkau telah menghukumku tersesat, sungguh aku akan benar-benar menghalangi mereka (manusia) dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan datangi mereka dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur.” (QS Al-‘Araf 16-17)
Karena itulah syariat kita sangat menjunjung tinggi akhlak, bahkan menjadikannya sesuatu dengan timbangan yang paling berat di hari kiamat
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak di hari kiamat selain akhlaq mulia.” (HR Tirmizi 2002, Abu Daud 4799)
Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke Surga, Beliau menjawab:
تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Takwa kepada Allah dan akhlaq yang mulia.” (HR Tirmizi)
Atas dasar itu semua bagi Muslim yang cinta pada sunnah dan Allah ‘Azza wa Jalla, sudah sepatutnya bagi kita untuk memberi porsi besar kepada diri sendiri dalam mempelajari adab dan memperbaiki akhlak. Memang tidak mudah, karena hal itu butuh ‘mujahadah’ atau perjuangan yang kuat, bahkan para ulama pun membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya. Abdullah bin Mubarok rah mengatakan :
طلبت الأدب ثلاثين سنة وطلبت العلم عشرين سنة كانوا يطلبون الأدب ثم العلم
“Saya mempelajari adab selama 30 tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama 20 tahun, mereka (para ulama salaf) biasa memulai pelajaran dengan mempelajari adab terlebih dahulu baru kemudian ilmu.” (Ghayatun-Nihayah fi Thobaqotil Qurro I/446)
BACA JUGA: Tatkala Rasulullah Mengajarkan Adab di Dalam Masjid
Selain itu jangan lupa berdoa agar diberi akhlak yang baik dan dijauhkan dari akhlak yang buruk, Rasulullah SAW pernah mencontohkan sebuah doa sebagaimana disebutkan dalam hadits Ali bin Abi Thalib ra:
أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ, فَإِنَّهُ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّاأَنْت، وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لَايَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَاإِلَّاأَنْتَ
“Ya Allah tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau. Ya Allah jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau.” (HR Muslim 771, Tirmidzi 3419, Abu Dawud 760)
[]
SUMBER: BIMBINGAN ISLAM