ALLAH SWT mengangkat Idris sebagai Nabi. Di antara keturunannya, ada pula yang menjadi nabi. Idris menerima wahyu dari Allah lewat perantara malaikat Jibril. Wahyu diturunkan untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Berkat wahyu, manusia tahu yang benar dan yang salah. Berkat wahyu pula, manusia bisa bertobat bila terlanjur berbuat dosa. Nabi Idris pindah ke Mesir. Kini, Nabi Idris mengemban tugas mulia. Membimbing kehidupan umat manusia. Setiap hari, ia berdakwah. Tiada bosan ia menyeru umatnya supaya kembali kepaa syariat Allah.
Seruan Nabi Idris kurang mendapat sambutan. Kata-katanya tak dihiraukan. Hanya sedikit yang beriman. Padahal, dakwah sering dilakukan. Hasilnya, banyak yang menentang.
BACA JUGA: 10 Rencana Jitu Hijrah Rasulullah
Suatu ketika, Idris mengumpulkan para pengikutnya. Ia mengajak mereka pindah ke Mesir meninggalkan negeri.
Pasalnya, orang-orang sesat gencar memengaruhi mereka. Mulanya, ajakan Nabi Idris tak digubris. Para pengikutnya merasa keberatan dan enggan meninggalkan kampung halaman.
“Tidak usah. Sebaiknya, kita tetap di sini. Rasanya, sulit menemukan kota sebaik Babilonia. Kita sudah enak tinggal di sini,” kilah mereka.
“Jangan khawatir. Rezeki di tangan Allah. Asalkan mau berhijrah, rezeki pasti mengalir,” Idris mencoba meyakinkan.
Usaha Nabi Idris tidak sia-sia. Setelah diyakinkan, akhirnya mereka bersedia.
Suatu hari, mereka pun berangkat. Rombongan meninggalkan Babilonia. Akhimya, mereka memasuki negeri Mesir. Sesampainya di sana, mereka berdiri di tepi sungai Nil.
Mereka memandang sekeliling. “Subhanallah,” ungkap mereka “Ternyata benar. Mesir lebih indah. Tanahnya subur.”
Nabi Idris dan para pengikutnya kemudian tinggal di Mesir. Di Mesir inilah dakwah mulai berkembang. Mereka menyerukan kebenaran. Mengajak orang-orang supaya beriman. Beriman supaya kelak di akhirat hidup senang.
Nabi Idris menyuruh mereka mengerjakan shalat, saum, zakat, dan mandi janabat. Ia juga mengharamkan meminum minuman keras.
Selain itu, Nabi Idris mengajarkan hidup sederhana. Tidak boros, tidak pelit, dan tidak tamak. Hidup di dunia hanya sementara. Sebanyak, apa pun harta, akhirnya akan sirna belaka. Satu per satu orang-orang mengikuti seruan Nabi Idris. Jumlah mereka mencapai 77 orang.
Dakwah terus berjalan. Seiring dengan itu, para pengikut Nabi Idris pun terus bertambah. Jumlah mereka menjadi tujuh ratus orang. Dan, terus bertambah hingga mencapai seribu orang. Nabi Idris memilih tujuh orang dari para pengikutnya.
BACA JUGA: Nabi Idris AS, Dianugerahi 7 Ilmu Pengetahuan Ini oleh Allah SWT
Ketujuh orang ini mendapat gemblengan khusus. Bersama ketujuh orang pilihan itu Nabi Idris terus berdakwah.
Hasilnya, tidak sia-sia. Dakwah semakin berkembang pesat. Allah menurunkan tiga puluh sahifah kepada Nabi Idris. Ia bertugas menyampaikannya kepada orang-orang. Terutama kepada keturunan Qabil yang durhaka. Nabi Idris mendapat gelar Asadul Usud.
Artinya, harimau dari segala harimau. Gelar ini layak disandangnya karena ia seorang pemberani. Dengan gagah, ia memerangi orang-orang yang durhaka. []
Sumber: Kisah Hikayat Nabi Idris AS (Enoch) Dalam Islam/Karya: Muhammad Xenohikari