Oleh: Ummu Zayta
zayta2010@gmail.com
WAFATNYA ulama hanif telah menorehkan pesan berharga buat umat. Menyelipkan pertanyaan dan hikmah yang begitu besar. Saat meninggal nanti seseorang akan dikenang sebagai apa? Apa yang mampu mengharumkan nama seseorang ketika hidup dan matinya.
Wafatnya Syeikh Ali Jaber menyisakan duka yang teramat dalam bagi umat. Ulama hanif yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menjaga Al-Qur’an ini telah mengajarkan tentang banyak hal. Terutama ilmu dan akhlak mulia. Dua perkara kunci yang membuat namanya harum di dunia dan semoga terbawa ke kampung akhirat.
BACA JUGA: Kunci Keluarga Sakinah
Sebelumnya tanah air dikejutkan pula dengan berita duka beberapa ustadz tanah air yang telah mendahului Syeikh Ali. Sebut saja UJ, ustadz Arifin Ilham, Ustadz Zainuddin MZ dan ulama lainnya. Keteladanan mereka terhadap ajaran Nabi tergambar dalam kehidupan sehari-hari.
Masih hangat dalam ingatan ketika Syeikh Ali menuturkan kehidupan rumah tangganya di sebuah Vlog. Dua tahun beliau tidak menggunakan handphone untuk menjaga perasaan sang istri yang cemburu. Walaupun tentu punya alasan lain yang mungkin lebih krusial daripada itu.
Mendengarkan cuplikan itu, teringat sebuah pesan dari Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR At-Tirmidzi)
Bukan hanya ilmu yang meninggikan derajat para ulama, namun akhlak yang menakjubkan membuat mereka berbeda dengan yang lainnya. Terutama akhlak kepada keluarga.
Namun bukankah derajat mulia tidak hanya dijanjikan Allah kepada ulama, melainkan kepada siapapun yang tunduk kepada seruanNya. Apakah statusnya sebagai anak, istri, ibu atau yang lainnya.
Begitupun sebaliknya kemuliaan bagi seorang wanita, yakni ketika ia mentaati suaminya dalam kebaikan. Bahkan Rasulullah mengabarkan bahwa jika ada manusia boleh sujud kepada manusia lain, maka istri diperintahkan sujud kepada suaminya. Bukan kepada orang tuanya.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR. Ahmad)
BACA JUGA: Umar bin Abdul Azis dalam Kenangan Ummat
Hanya empat perkara, tapi konsekuensinya tidak semudah teorinya.
Saatnya kita berlomba dalam kebaikan. Mengejar ketertinggalan yang kita tidak tahu sampai kapan batas waktu berakhirnya. Hingga layak menjadi sosok yang namanya tidak hanya terkenang di dunia melainkan dirindukan oleh surgaNya.
Wallahu a’lam. []